Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Anda pecinta alam wisata gunung?
Jangan lewatkan pendakian menantang di Gunung Sibuatan, Desa Nagalingga, Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Gunung tertinggi di Sumut ini bisa dibilang paling memakan waktu dibanding gunung-gunung lain di Sumut, seperti Sibayak, Sinabung, Pusuk Buhit dan Sorik Marapi.
Jalur pendakian. (Tribun Medan/Silfa)
Untuk naik ke puncaknya bisa memakan waktu hingga 9 jam dengan waktu istirahat sesekali yang sebentar.
Gunung Sibuatan memiliki ketinggian mencapai 2.457 MDPL.
Secara titik ketinggian Gunung Sinabung sebenarnya melebihi ketinggian gunung Sibuatan, Sinabung memiliki titik ketinggian mencapai 2.460 MDPL.
Namun Sinabung merupakan Gunung Berapi aktif dan beberapa kali puncaknya berubah karena mengeluarkan erupsi.
Dengan demikian puncak tertinggi tetap dimiliki oleh Gunung Sibuatan.
Tapi, pendaki yang langsung menuju puncak Gunung Sibuatan terbilang jarang.
Banyak yang memilih bermalam atau mendirikan tenda dekat kaki gunung tanah yang datar dekat ladang penduduk, daripada berjalan terus dan memasang tenda di atas, yang terbilang banyak tanah terjal.
Atau memasang tenda di puncak dan bermalam untuk menunggu sunset.
A photo posted by medanjaya (@visit_sumut) on Jan 19, 2016 at 4:38am PST
Jalur menuju puncak Gunung Sibuatan memang tergolong terjal dan sempit untuk dilalui.
Tapi sepanjang perjalanan anda melewati hutan asri yang masih alami.
Pohon-pohon tinggi dan rimbun mendominasi dari jalur masuk pendakian hingga shelter 3.
Tak sedikit pendaki hanya dapat memijak pada akar-akar pohon besar saking terjalnya.
Di shelter 3 pula anda juga menemukan lumut di sekitaran dengan bentuk dan warna tidak lumut seperti biasanya di kolam ikan atau kali.
Ya lumutnya lebih pekat, tebal dan beraroma lebih tajam serta licin saat diinjak.
Hal itu membuat anda harus lebih berhati-hati di shelter ini, terlebih saat musim hujan.
Menuju puncak. (Tribun Medan/Silfa)
Novsky, pendaki, menuturkan Gunung Sibuatan sangat menantang di musim hujan.
Selain karena tanah yang licin, lumut yang memenuhi tanah di beberapa area khususnya shelter 2 hingga shelter 3 membuat wisatawan harus ekstra hati-hati dan pelan-pelan dalam pendakian.
"Kalau sudah capek ya jangan dipaksakan, apalagi kalau sudah di shelter 3, karena perjalanan masih panjang lagi. Ada sekitar 3 bukit harus dinaiki. Jadi naik turun gitu. Ada baiknya istirahat dulu," katanya.
Tapi, lumut Gunung Sibuatan menjadi ciri khas gunung ini, katanya.
Sehingga sayang jika dilewatkan untuk pengamatan dan dirusak saat pendakian hanya agar biar lebih mudah saat mendaki.
Bagi Novsky pribadi, bertualang merupakan aktivitas bagaimana ia mengenal jati diri dan juga belajar menghargai dan menjaga alam.
"Ketika mendaki gunung, saya bisa belajar melewati tantangan di lapangan dan juga mengukur seberapa kuat tekad saya demi mencapai puncak dan kembali turun. Jadi kalau mau dipermudah lebih baik memilih wisata pantai atau wisata yang aksesnya mudah," katanya.
Direkomendasikan, pendaki berangkat pagi agar bisa sampai di puncak pada sore hari dan mendirikan tenda di atas puncak untuk melihat matahari terbenam dan terbit.
"Berbahaya jika pendaki datang atau memulai perjalanan sore atau malam, karena kawasan hutan berlumut sangat berbahaya jika dilewati pada malam hari. Berbeda dengan Sibayak yang memang pendaki banyak datang pada malam hari karena medannya tidak terlalu ekstrim," kata Novsky.
Perjalanan menuju puncak di pagi hari tidak akan membuat bosan, walau menghabiskan berjam-jam bahkan seharian, sepanjang jalur pendakian ke Gunung Sibuatan wisatawan bisa menemukan beberapa tumbuhan kantong semar dan anggrek liar.
Tumbuhan langka tersebut akan tampak menempel pada batang pohon besar sekitaran hutan rimba Gunung Sibuatan.
Tumbuhan itu juga berada di sepanjang jalan.
Tidak jarang juga suara monyet terdengar dari kejauhan. Jika beruntung, kondisi hutan yang masih lebat memang jarah tampak monyet menampakkan diri,
Namun tidak sedikit pula yang melihat monyet saat pendakian menuju puncak.
Menurut Ahyuni, pendaki lain, menuturkan untuk mencapai area camp saja di Gunung Sibuatan membutuhkan perjuangan yang cukup memacu adrenalin.
"Tapi banyak yang dilihat selama proses perjalanan. Memang kalau jarak memang paling jauhlah dibanding gunung Sumut lainnya. Tapi, pemandangannya buat puas para pendaki," katanya.
Khususnya di area camp, puncak Gunung Sibuatan, ada spot yang bisa melihat keindahan Danau Toba yang membentang luas dilengkapi pemandangan Bukit Botak.
Gunung Sibuatan memiliki dua puncak yaitu puncak barat dan puncak timur, titik tertinggi ada di puncak barat.
Setidaknya butuh satu jam naik turun dari area camp untuk mencapai puncak.
Gunung ini memang masih kalah terkenal dibandingkan dengan Gunung Sinabung dan Sibayak, tapi untuk para pendaki lokal, Sibuatan adalah destinasi pendakian favorit sejak Gunung Sinabung.
Dari puncak Gunung Sibuatan, anda juga bisa melihat pemandangan Gunung Sinabung yang masih tampak mengeluarkan erupsi.
Untuk mencapai Gunung Sibuatan, anda bisa naik bus dari loket di Simpang Pos menuju Sidikalang.
Nanti anda bisa minta berhenti di Desa Nagalingga dengan ongkos Rp 35 ribu per orang.
Sesampainya di desa, anda bisa bertanya dengan penduduk lokasi registrasi pendakian untuk ke Gunung Sibuatan atau menjumpai Kepala Desa di sana.
Untuk biaya registrasi tidak dipungut biaya, hanya melapor agar jika terjadi apa-apa penduduk sekitar dapat langsung membantu.
Perlengkapan yang tidak boleh anda lupakan tentu peralatan tenda, jaket, kaus kaki dan sarung tangan karena cuaca di puncak khususnya malam hari cukup dingin.
Jangan lupakan juga bekal makanan, dan air, lantaran sepanjang perjalanan anda akan kesulitan mendapatkan air.