Pohon rindang dengan bebatuan berbagai ukuran, terserak di depan mata.
Rasa lelah perjalanan terbayar lunas kala melihat eksotisme warna air laut yang bergradasi di kejauhan.
Kami pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kudapan dan salat Zuhur di pinggir pantai.
Terlihat beberapa anak-anak asyik berenang di pantai yang terlihat tenang.
Gugusan pasir di Mengkudu sangat berbeda dengan yang ada di Pulau Pahawang ataupun Mahitam, karena tekstur pasirnya kasar dan banyak karang matin.
Kami pun mencoba naik ke bukit untuk mengambil foto gusung pasir Pulau Mengkudu dari atas.
Foto ini memang yang menjadi andalan para pengunjung yang ke sini, selain Batu Lapis.
Cukup waktu 15 menit untuk naik bukit yang lumayan terjal.
Tak lama kami pun turun dan kapal pun telah datang untuk kami naiki guna menuju Batu Lapis.
Ombak lautan saat sore membuat perjalanan ke Batu Lapis lumayan mendebarkan.
Apalagi di sini tak ada dermaga, sehingga pengunjung langsung melompat ke batu lapis.
Tapi, saat tiba di sini, semuanya hilang. Keindahan bebatuan yang seakan berlapis-lapis ini langsung mencuri perhatian.
Kita seakan dibawa ke dunia yang berbeda saat tiba di sini.
Tenang, meski saat itu sangat ramai pengunjung.
Cukup lama waktu yang kami habiskan di Batu Lapis.
Bukan karena kami sangat menikmati, tapi kapal yang mengangkut kami mengalami kerusakan.
Sehingga hampir dua jam kami berada di sini, hingga pengunjung terakhir pun kembali dengan perahunya. (teguh prasetyo)