Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.com - "Minta apa ke Pusuk Buhit?" pertanyaan ini bakal sering ditanyakan penduduk saat ada wisatawan atau pendatang mendaki gunung mati dengan ketinggian 1.500 meter lebih dari permukaan laut dan 1.077 meter dari permukaan Danau Toba ini menyambangi Pusuk Buhit, Samosir, Sumatera Utara.
Jangan buru-buru bingung, karena Pusuk Buhit masih dianggap gunung keramat dan menjadi tempat sakralnya orang Batak.
Konon, orang Batak pertama, Siraja Batak diyakini diturunkan di Pusuk Buhit dan mendirikan kampung yang kini disebut Sianjur Mula-mula.
Pusuk Buhit, bukit keramat orang Batak.
Ada tiga kecamatan yang berada langsung di bawah gunung tersebut yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Pangururan, dan kecamatan Harian Boho.
Ada kepercayaan, Siraja Batak yang diturunkan di Pusuk Buhit merupakan keturunan dari Dewa, sehingga tidak sedikit yang datang ke sana memiliki maksud tertentu.
Sagala, penduduk sekitar menuturkan kalau ke puncak bukit, sayang rasanya jika tidak punya permintaan.
Konon, permintaan orang-orang yang berhasil sampai ke puncak dikabulkan.
"Banyak yang datang ke Pusuk Buhit untuk panjatkan doa, mulai dari jodoh, kesehatan apalagi perkara rezeki agar dimudahkan usahanya juga banyak," tuturnya.
Di atas puncak terdapat bangunan berbentuk segitiga dan di setiap sudut dan di tengahnya ada mangkuk berwarna putih yang berisi air dan jeruk purut. Di samping mangkuk itu terdapat lembaran-lembaran daun sirih dan buah jeruk purut.
Menurut Arsa Sagala, hal itu merupakan falsafah utama orang Batak. Di sebelah kiri bangunan itu terdapat dua tiang yang diatasnya berkibar dua bendera dengan warna yang sama yaitu merah, putih dan hitam yang merupakan warna dasar orang Batak.
Bau mistis di puncak Pusuk Buhit ini memang sangat terasa sekali, hampir di setiap sudut terdapat jeruk purut, sirih dan juga rokok yang di selipkan di sebatang kayu.
Percaya tidak percaya, selalu ada saja pendatang ke sana yang memiliki maksud untuk meminta.
Bahkan lebih banyak jumlahnya dari pendatang atau wisatawan yang datang sekadar melihat pemandangan atau berwisata budaya.
Telur bertebaran di lereng Pusuk Buhit, menambah aura keramat dan mistis.
Ada beberapa titik tempat yang dianggap keramat dan dijadikan tempat sakral untuk menyampaikan harapan, ada Batu Hoban yang berada di kaki gunung, Batu Pertolongan di tanjakan ke empat sebelum menemukan kolam pemandian bidadari, goa sebelum punca.
"Dan terakhir di puncak bukit itu sendiri yang digadang-gadang tempat paling sakral dan dikabulkan," katanya.
Rozi, pendaki, menuturkan sempat diajak berdoa saat melewati goa sakral. Di sana, ia diajak untuk membuat harapan di dalam goa dengan hanya membawa sirih.
"Sebelum sampai puncak, ada goa yang sudah banyak antrian pengunjung. Katanya bawa sirih sudah cukup untuk membuat harapan saat di dalam goa. Begitu juga saat di puncak ada tempat yang diyakini puncak persaktian atau tempat berdoa yang katanya akan dikabulkan apapun yang diharapkan dengan membawa jeruk purut, ayam dan telur ayam kampung," katanya.
Pendatang yang ingin berdoa di puncak tersebut rela mendaki bersusah payak hingga menghabiskan seharian untuk naik dan turun gunung. Ya minimal 7 jam pendakian jika melewati jalan datar memutari bukit dan 4 jam jika melewati tanjakan bukit.
Baik muda hingga tua, ada yang datang bersama rombongan keluarga dan secara pribadi untuk berdoa.
Pemandangan orang membawa ayam putih dan sapi putih, jeruk purut dan telur ayam kampung di atas batu saat ke atas juga akan anda jumpai.
Kepercayaan seperti itu tentu dimiliki beberapa suku dan menjadi keberagaman budaya dan tradisi. Ini adalah satu dari sekian tradisi masyarakat yang patut dihargai.