Dalam artian, wisatawan yang hadir saat gerhana sebetulnya tidak hanya bisa menyaksikan fenomena tersebut melainkan juga bisa mendapat paket wisata ke objek lain yang ada di DIY.
"Kami tidak hanya mengemas gerhananya tapi juga wisata budaya di Yogyakarta. Gerhana hanya bumbu saja. Manfaat jangka panjang, setidaknya mereka ke depan bisa kembali berwisata ke sini. Borobudur dan Prambanan mungkin akan jadi pusatnya tapi itu sebagai bumbu saja. Selebihnya, biar wisatawan nginep di Yogyakarta saja," kata dia.
Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) DIY, Udhi Sudiyanto mengatakan, GMT tidak menjadi concern bagi agen wisata di Yogyakarta untuk menjaring tamu.
Namun, diakuinya ada sebagian agen yang mendapat pesanan perjalanan terkait fenomena gerhana itu meski jumlahnya tidak signifikan.
"Ada beberapa konsumen juga yang minta diantar ke lokasi-lokasi utama di pulau lain. Kalau untuk Yogyakarta, gerhana nggak begitu ngefek ke pariwisatanya karena ngga full," kata dia.
Sementara itu, Kepala Taman Pintar Yogyakarta, Yunianto Dwisutono menyampaikan, pihaknya sebagai wahana edukasi dan teknologi bagi masyarakat bertekad memberi pemahaman dan edukasi terkait gerhana matahari.
Maka itu, karena fenomena tersebut juga sangat langka, pihaknya BMKG Yogyakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, dan Komunitas Penjelajah Langit akan menggelar acara 'Nonton Bareng Gerhana' di Tugu Pal Putih.
"Kami juga berharap kejadian alam ini bisa memiliki dampak positif bagi pariwisata Yogyakarta. Maka itu, lokasi acaranya di Tugu yang sudah jadi ikon Yogyakarta. Di sana kan pandangannya relatif luas dan tak terhalang apapun," kata dia.(*)