Tidak hanya namanya saja yang unik, konsep warungnya pun cukup unik dan nyentrik.
Bangunannya seperti rumah “setengah jadi” dengan dinding batu bata kasar, dan banyak ornamen kayu-kayuan.
Masuk ke bagian dalam anda akan lebih takjub dengan interior yang nyeni di warung ini.
Pilihan makan bisa di meja kursi yang tersedia atau di bagian samping ruang utama yang berupa saung bambu beralaskan papan kayu dan tikar, atau di bagian teras depan, duduk di lesehan bambu.
Ada sedikit sentuhan vintage yang njawani sebagai “hiasan rumah”, sepeda onthel tua, jejeran gerabah, juga poster-poster lawas.
Sentuhan nyentrik tersebut tidak terlepas dari sentuhan Widodo yang merupakan suami Parjinah. Widodo adalah seorang seniman lukis lulusan Intitut Seni Indonesia Yogyakarta.
Secara persis, Soto Djiancuk terletak sekitar 600 meter arah Barat Kampus IKIP PGRI Yogyakarta.
Tidak ada angkutan umum menuju kawasan tersebut dari pusat kota Yogyakarta.
Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan jasa taksi.