Ahman menambahkan, upaya meningkatkan daya saing itu, sejumlah kelemahan SDM pariwisata kita harus diperbaiki terutama dalam hal penguasaan bahasa Inggris.
Melalui Rakornas SMK Pariwisata, imbuh Ahman, akan menjadi komitmen bersama antara pemerintah dan stakeholder khususnya bidang pendidikan untuk mendukung program penciptaan SDM pariwisata berkualitas agar dapat memenangkan persaingan.
Tenaga kerja pariwisata Indonesia diharapkan akan mudah mengisi peluang kerja di sektor pariwisata khususnya untuk 38 job titles yang telah disepakati bersama dalam Mutual Recognation Arrangement (MRA) Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pemerintah tetapkan sektor pariwisata sebagai leading sector karena industri jasa ini menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan kerja yang besar. Tahun ini target pariwisata mendatangkan 12 juta wisman dan 260 juta pergerakan wisnus serta akan menghasilkan devisa sebesar Rp 172,8 triliun dan serapannya 11,7 juta tenaga kerja.
"Kita harus mengubah nasib lewat semangat. Para sekolah jangan meluluskan siswanya kalau tidak kompeten," jelasnya.
Ya, memang dalam menimba ilmu tidak ada kata terlambat. Setidaknya pepatah itu yang diusung Deputi Pengembangan Kelembangaan Pariwisata Kementerian Pariwisata, Ahman Sya dalam menciptakan SDM yang berkualitas dan berdaya saing.
Asal tahu saja, triwulan pertama tahun ini, pihaknya sudah menyelesaikan sertifikasi sebanyak 5000 peserta dari target 35 ribu dan pelatihan dasar 3840 dari 17 600.
Kemenpar akan mentargetkan sertifikasi mampu selesai 75 persen pada Bulan Juni 2016. Selama tiga bulan lalu dan tiga bulan ke depan, deputi yang dipimpin Ahman ini dipastikan bergerilya terus untuk menggapai target sertifikasi dan pelatihan dasar ke 34 provinsi.
Ada beberapa kategori yang disiapkan Kemenpar, seperti destinasi utama, skala proritas, destinasi khusus dan reguler. Destinasi utama meliputi 10 lokasi, Batam, Bali, Jakarta, Jogja, Medan Lombok, Wakatobi, Bunake, Raja Ampat, dan Banyuwangi.
Sementara kategori prioritas, menciptakan Bali Bali baru diantaranya Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung Pulau Seribu, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai.
Untuk destinasi khusus dan reguler meluputi destinasi yang tidak tercover pada kategori prioritas dan utama seperti daerah yang sudah punya destinasi wisata tapi belum masuk dalam agenda seperti Kalimantan Utara.
"Untuk sertifikasi sifatnya hanya sebagai pengakuan yang berstandar. Sementara pelatihan dasar memberitahukan dari tidak tahu menjadi tahu,"tambah Ahman.
Lebih lanjut Ahman mengatakan, yang masuk dalam pentahelik akademisi, pengusaha, pemerintah, komunitas dan media dimana tugas dan fungsi dari pemerintah hanya menfasilitasi pendanaan dan penyelenggaraan.
"Pertama kordinasi dengan 107 perguruan tinggi negeri swasta yang punya program pariwisata. Dengan perguruan tinggi Kemenpar membangun komitmen untuk pembangunan pariwisata, ciptakan kurikulum berbasis kompetensi, dan mendirikan lembaga sertifikasi dan
Menserifikasi semua lulusannya. Terobosan ke dua, hal yang sama akan tetapi ke semua SMK Pariwisata negeri dan swasta seluruh Indonesia yang mencapai 890 sekolah," beber Ahman.
Dengan terobosan itu Ahman melihat peluang tiap tahunya akan meluluskan 50 ribu SDM tersertifikasi. Tiga tahun ke depan 2019 jumlah ini menjadi 1.2 juta melebihi kebutuhan yang sertifikasi dari kebutuhan 1 juta.