Cara memasak ikannya pun juga selalu berbeda seturut inspirasi yang bisa tiba-tiba datang menghampiri kokinya.
Bersama rombongan promosi wisata langsung yang digelar Kementerian Pariwisata Indonesia di Selandia Baru, 26-27 Maret lalu, kami disuguhi olahan ikan gurnard di Restoran Boat Cafe.
Gurnard yang tergolong ikan prasejarah ini berperawakan ramping, berdaging putih lembut, tinggal di dasar laut, dan menggunakan sirip mereka untuk menemukan makanannya, seperti kepiting, udang, dan ikan.
Kapal bersejarah
Karena telah diolah berupa potongan daging, kita tak lagi berjumpa dengan sosok ikan gurnard yang tergolong ugly fish atau ikan buruk rupa ini.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN - Menu Seafood Pasta di Restoran Boat Cafe, Wellington, Selandia Baru.
Setiap suapan ikan gurnard terasa empuk dan renyah karena berpadu dengan potongan chips dan kentang goreng.
Kita bisa memilih olahan ikan dengan digoreng tepung atau dipanggang.
Tak hanya masakannya yang istimewa, sensasi bersantap di kapal juga menjadi keunggulan dari Boat Cafe.
Kapal yang digunakan sebagai restoran Boat Cafe ini awalnya bernama Aucklander yang diluncurkan di Skotlandia pada November 1957.
Aucklander termasuk kapal uap terakhir di Inggris.
Sempat menjelajah ke seluruh dunia, kapal ini kemudian pensiun dan dimanfaatkan sebagai restoran apung di Wellington sejak 1992.
Nama kapal tersebut kemudian diubah menjadi Tapuhi II untuk mengenang kapal Tapuhi Tua yang menyelamatkan 140 nyawa selama bencana Wahine pada 1968.
Pelanggan Boat Cafe sangat beragam mulai dari perenang yang kelaparan, keluarga, hingga wisatawan.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN - Restoran Fishermans Table dengan lansekap keindahan pantai dan Pulau Kapiti di Paekakariki, Selandia Baru.
Selain Boat Cafe, hidangan istimewa dari lautan Selandia Baru bisa dicicipi di Restoran Fishermans Table di Paekakariki.