News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ikat Kepala, Cara Bedakan Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang Baduy dalam berpose dengan koleksi gelangnya di desa Gajeboh, Desa Kanekes, Lebak, Banten, Rabu (2/3/2016). Orang Baduy hari-hari ini sudah mulai tersentuh modernitas dan mengalami perubahan baik dari cara berpakaian hingga memiliki barang-barang modern.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikat kepala menjadi hal yang membedakan secara fundamental bagi masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Hal tersebut diungkapkan oleh narasumber diskusi "Gerakan Rayakan Perbedaan Baduy Kembali", Cecep Eka Permana.

"Kalau ikat kepala berwarna putih itu milik Baduy Dalam," jelas Cecep dalam sesi tanya jawab diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Ia menyebutkan, penggunaan ikat kepala berwarna putih tersebut hanya boleh digunakan oleh masyarakat Baduy Dalam.

Jika masyarakat Baduy Luar menggunakan ikat kepala tersebut, lanjut Cecep, dipercaya akan menyebabkan bencana.

"Kalau misalnya Baduy Luar itu pakai, bisa kualat" ungkap Cecep.

Perbedaan lain yang bisa terlihat antara Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah penggunaan baju.

Jika berwarna hitam itu biasanya digunakan oleh masyarakat Baduy Luar.

"Tapi gak selalu. Baduy Dalam juga bisa pakai baju hitam. Yang fundamental itu ikat kepala," ujar dia.


KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Sarpin, berpose saat berada di Kampung Balingbing, Desa Kanekes, Lebak, Banten, Selasa (1/3/2016). Sarpin adalah potret orang Baduy yang membekali dirinya dengan kemampuan membaca dan menjadi tokoh masyarakat Baduy.

Pertanyaan tentang perbedaan fundamental antara masyarakat Baduy Dalam dan Luar tersebut dilontarkan oleh salah satu peserta diskusi, Mahmud yang datang dari Pamulang.

Seperti diketahui, masyarakat Baduy terbagi atas dua yakni Baduy Luar dan Dalam.

Kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.

Diskusi di Bentara Budaya Jakarta membahas tentang perkembangan budaya Baduy bersama para sosiolog, arkeolog/antropolog, dan tokoh Baduy.

Narasumber yang hadir adalah sosiolog Imam Prasodjo, arkeolog/antropolog Cecep Eka Permana, tokoh Baduy Sarpin dan dimoderatori oleh wartawan harian Kompas sekaligus pendiri Kompasiana Pepih Nugraha.

Kompas.com/Wahyu Adityo

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini