TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Lumpia yang merupakan makanan khas Semarang telah ada ratusan tahun yang lalu.
Hidangan tersebut merupakan akulturasi budaya Jawa dengan Tionghoa yang dibawa para pedagang dahulu.
Kini, Semarang menawarkan varian kuliner khasnya tersebut dengan perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan para maniak durian.
Renyahnya kulit lumpia dan lumernya durian ketika digigit, inilah yang ditawarkan Kedai Omah Duren Point.
Lumpia duren di kedai ini ditawarkan dalam dua varian, yaitu goreng dengan kulitnya yang renyah dan lumpia duren basah dengan kelegitannya.
Dik Tan, selaku pemilik Kedai Omah Duren Point, mengatakan, lumpia durian goreng baru akan digoreng ketika ada pelanggan yang memesan.
Hal ini agar lumpia tetap hangat saat dimakan sehingga durian di dalamnya bisa meleleh ketika digigit.
Benar saja, ketika KompasTravel mencoba lumpia durian goreng, kulitnya renyah di luar dan meleleh di dalam.
Isiannya begitu penuh, berisi daging durian sebanyak 100 gram.
Segar dan manisnya pun masih terasa karena tidak bercampur minyak goreng di dalamnya.
Sementara itu, lumpia basah terasa lebih legit, lebih terasa seratnya.
Lumpia basah sendiri dapat dihidangkan dalam kondisi suhu normal atau dingin.
Namun, dinikmati dalam kondisi dingin terasa lebih segar.
Selain daging buahnya, kulitnya pun akan terasa legit. Asin dari kulitnya akan membuka sensasi rasa di awal, setelah itu bercampur dengan rasa manis durian lokal pilihan.