Daniel menambahkan, kalau ada pejabat penting datang, para pengawal sudah datang terlebih dahulu untuk mengantisipasi keadaan.
Kalau Anda mampir ke Warung Kopi Asiang, pelayanan secara otomatis menanyakan, "Mau kopi hitam atau kopi susu?" atau "Mau kue atau telor?"
Semakin waktu bergerak, pengunjung Warung Kopi Asiang justru semakin bertambah. Asiang yang tanpa bicara dengan mimik serius tetap bekerja meracik kopi, menambah air untuk dipanasi, mengambil cangkir atau gelas.
Pengunjung pun datang silih berganti. Mereka terlihat santai dan bebas berbincang-bincang mengenai topik apa saja. Ada yang membawa teman, relasi atau bersama keluarga. Semuanya tumpah ruah di warung yang setiap pagi dipenuhi pengunjung itu.
Harga yang dipatok Warung Kopi Asiang bervariasi. Kopi hitam Rp 5.000, kopi susu Rp 7.000. Sedangkan untuk aneka kue seperti kue pisang, roti tawar, kue apem dihargai Rp 3.000. Kecuali roti selai Rp 5.000.
Asiang mengaku setiap hari menghabiskan 10 kilogram kopi untuk sekitar 300 gelas dalam melayani pembeli yang mampir ke warungnya.
Setiap pengunjung yang keluar masuk warungnya, Asiang seakan-akan tak peduli. Lelaki berkepala pelontos ini tetap sibuk bekerja, mengaduk, menyaring dan menuangkan kopi sesuai pesanan yang disampaikan pelayan warung.
Kadang-kadang pengunjung pasti berpikir, kapan Asiang ke belakang, katakanlah untuk ke toilet barang sejenak.
Pasalnya, sulit menemukan Asiang dalam situasi santai. Tangannya terus sibuk bekerja.
Kadang-kadang saja, sambil sibuk menyiapkan kopi, Asiang menoleh kepada tamu yang sudah membayar sambil mengucapkan, "Kamsia..."
Selanjutnya, Asiang kembali sibuk mengaduk, menyaring, dan menuangkan kopi... (I Made Asdhiana/ Kompas.com)