Hina
Kepercayaan diri jengkol juga merambah di Bandung, Jawa Barat. Tahun 2014, Gunarsah mendirikan D’Jengkol Kapeh Restoh, kafe khusus jengkol. Coba simak tagline restoran ini: ”Tempatnya Jengkol Bermartabat”.
”Jengkol itu kesannya hina banget. Padahal, harganya pernah lebih mahal daripada daging. Artinya, dia banyak diburu konsumen. Itu saja menunjukkan bahwa jengkol punya tempat di hati banyak orang,” ujar Gunarsah (43).
A photo posted by Tri Chuby (@trichuby) on Feb 23, 2016 at 10:00pm PST
Banyak penikmat jengkol mengambil sikap mendua; doyan dan memuji cita rasa jengkol, tetapi enggan dianggap sebagai penyuka jengkol. Alasannya, antara lain, jengkol identik dengan aroma tidak sedap. Aroma inilah yang kemudian bagaikan dosa asal sang jengkol. Apakah dosa itu bisa dihapus? Ternyata bisa.
Gunarsah mempunyai resep dan teknik tersendiri. Dia merendam jengkol selama 1 jam dengan air jeruk. Setiap 20 menit sekali, air jeruk itu diganti dengan air jeruk baru. Sim salabim, hilang baunya. Supaya empuk, ia merebus jengkol selama sekitar 1 jam.
Baik Gunarsah maupun Fatoni bersaksi, jengkol berkualitas bagus yang menjadi favoritnya adalah jengkol asal Jepara, Jawa Tengah. Bentuknya bulat wungkul tidak gepeng, legit, tidak ada sentilan pahit, dan mudah hilang baunya.
”Jengkol Jepara bagus meskipun harganya lebih mahal sampai tiga kali lipat daripada jengkol lain,” ujar Gunarsah.
Di D’Jengkol Kapeh Restoh, jengkol diolah menjadi aneka menu, mulai dari nasi jengkol rendang amajing, nasi jengkol balado masbuloh, dan jengkol goreng pertamak.
Dari DI Yogyakarta, martabat jengkol juga diperjuangkan Mujiyem (67), pemilik Warung Makan Rojo Jengkol di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
Warung yang berdiri sejak 2015 ini kian populer berkat kepercayaan dirinya mengkhususkan pada menu spesialis jengkol. ”Kami pilih jengkol sebagai menu utama karena banyak orang yang suka jengkol, tetapi malas masaknya,” kata Mujiyem.
Menu yang disajikan di Rojo Jengkol, antara lain, rendang jengkol, oseng-oseng jengkol, semur jengkol, balado jengkol, dan gulai jengkol.
Saat liburan Natal dan Tahun Baru 2015, misalnya, pengunjung di Rojo Jengkol membeludak sehingga 15 kg jengkol pun habis dalam waktu hanya 3 jam. ”Kadang, ada saja pembeli yang pesan lebih dulu lalu beli jengkol sampai 1 kilogram untuk dibawa pulang,” ungkap Mujiyem.
Martabat jengkol di warung Rojo Jengkol diperjuangkan juga dengan menghilangkan baunya. Mujiyem mengolahnya selama tiga hari sebelum memasaknya. Ia menggunakan ramuan rempah-rempah untuk memusnahkan bau si jengkol.