Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Suasana sejuk, kicauan burung, dan rindangnya dedaunan terasa begitu memasuki area parkir Kebun Raya Eka Karya Bali.
Berada di Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan, tempat ini terletak di ketinggian 1.250-1.400 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan suhu 18-20 derajat celcius.
Kebun Raya Eka Karya. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Berjarak 60 kilometer dari Kota Denpasar, Kebun Raya Eka Karya memiliki luas sekitar 157,5 hektare dan diresmikan Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam, Prof Ir Kusnoto Setyodiwiryo pada 15 Juli 1959.
“Awalnya Kebun Raya Bali hanya 50 hektare dan hanya meliputi areal hutan reboisasi Candikuning. Di sana tiga tanaman itu pertama kali ditanam,” ujar Public Relation Kebun Raya Eka Karya Bali I Gede Wawan Setiadi kepada Tribun Bali beberapa waktu lalu.
Nama Eka Karya untuk Kebun Raya Bali diusulkan I Made Taman.
Eka berarti satu dan Karya berarti hasil kerja.
Eka Karya dapat diartikan sebagai Kebun Raya pertama yang merupakan hasil kerja bangsa Indonesia sendiri setelah Indonesia merdeka, yang dibangun dan dikelola Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kebun Raya Eka Karya Bali berbeda dengan kebun raya lainnya yang ada di Bogor, Cibodas, dan Purwodadi.
Di Kebun Raya Bali khusus mengkoleksi tumbuhan, yang berasal dari Indonesia Timur yang hidup di kawasan pegunungan.
“Koleksi tumbuhan dibagi dua, yakni koleksi tematik dan koleksi umum,” ungkap Wawan Setiadi.
Koleksi tematik adalah koleksi yang ditata dalam bentuk taman, seperti taman anggrek, taman kaktus, taman bamboo, tanaman upacara adat, dan tanaman usada (obat).
Tanaman usada adalah jenis-jenis tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan tradisional.