Laporan Wartawan TribunSolo.com, Labib Zamani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Setiap hari, terutama saat hari libur, pasar tradisional di kawasan Ngarsopuro, Kelurahan Keprabon, Banjarsari, Solo, Jateng, ini ramai oleh pembeli maupun orang yang melihat-lihat.
Demikian pula saat jurnalis TribunSolo.com datang ke sana, akhir Maret lalu, tampak banyak warga di pasar tersebut.
Bukan hanya warga domestik melainkan juga mancanegara, antara lain dari Australia, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, dan Eropa.
Hamid, seorang pedagang barang antik di Pasar Triwindu, Solo, sedang mengelap barang-barang antik dagangannya (TRIBUNSOLO.COM/ LABIB ZAMANI)
Pasar tradisional berlantai dua, yang terdiri dari sekitar 200 kios tersebut, buka pagi hingga sore mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Itulah Pasar Triwindu, yang para pedagangnya menjual barang antik, termasuk barang-barang perlengkapan rumah tangga kuno.
Contohnya, gelas antik, piring antik, kaca cermin antik, lampu panjang antik.
Ada juga keris, lukisan, keramik, sepeda ontel, patung, topeng antik, dan uang kuno baik kertas maupun logam.
Adapun harga barang-barang antik yang dijual di sana bervariasi, tergantung tahun pembuatan barang alias usia barang tersebut.
Bervariasi, mulai dari puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.
Lampu hias kerek antik, misalnya, dijual Rp 2 juta per buah padahal di tempat lain mungkin hanya Rp 350 ribu.
Aneka barang antik yang dijajakan di Pasar Triwindu di kota Solo (TRIBUNSOLO.COM/ LABIB ZAMANI)
"Memang seperti itu harganya, karena untuk mencari yang buatan lama sekarang juga sulit," kata pedagang Pasar Triwindu Solo, Hamid (40), kepada TribunSolo.com, di kiosnya.
Meski harga barang-barang di Pasar Triwindu relatif mahal, kata Hamid, tetap saja banyak pembeli maupun pengunjung datang mencari barang antik.
Bahkan, pada hari tertentu para pembeli ini meningkat dibanding hari biasa.
"Seperti sekarang ini (saat libur panjang, Red) pembeli maupun orang yang datang naik 50 persen dibanding hari biasa," ujarnya.
Hamid mengaku sudah puluhan tahun berjualan barang antik di Pasar Triwindu, dan kini menjabat ketua Paguyuban Pasar Triwindu.
Menurut dia, Pasar Triwindu telah menjadi salah satu destinasi atau tujuan wisata di Solo.
"Pasar Triwindu menjadi lokasi tujuan wisata yang ditetapkan Pemkot Solo," kata Hamid.
Karenanya tak heran bahwa Pasar Triwindu setiap hari ramai didatangi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Aneka barang antik yang dijajakan di Pasar Triwindu di kota Solo (TRIBUNSOLO.COM/ LABIB ZAMANI)
"Setiap hari ada beberapa wisatawan mancanegara yang datang ke sini untuk membeli suvenir," terangnya.
Hamid menambahkan, para wisatawan mancanegara biasanya membeli tak hanya satu atau dua souvenir melainkan dalam jumlah banyak.
Sebab, suvenir yang dibeli dari Pasar Triwindu tersebut dijual kembali di negara asal mereka.
"Biasanya sebulan sekali mereka datang ke sini untuk membeli dalam jumlah banyak," katanya. (*)