News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Kaltim

Menengok Elder dan Obi, Bayi Orang Utan Lucu di Semboja, Kutai Kartanegara

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas pengasuh merawat bayi orangutan di Yayasan BOS di Semboja, Kutai Kartanegara. Setelah menginjak remaja usia 12-14 tahun, mereka umumnya siap dilepasliarkan di hutan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, KUTAI KARTANEGARA - Aktivitas perambahan hutan oleh masyarakat dan alih fungsi hutan lindung menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambang mineral seperti batubara membuat orangutan kehilangan habitat aslinya di Pulau Kalimantan.

Berdasarkan data 2004, orang utan di seluruh Pulau Kalimantan yang tersisa tinggal 50 ribu ekor.


Diperkirakan jumlah tersebut makin menurun seiring dengan makin masifnya industri kelapa sawit membuka lahan perkebunan baru.

Baik lewat konversi hutan alam dan hutan lindung atas restu pemerintah, termasuk dengan cara membakar lahan.

Banyak juga anak-anak orangutan yang ditangkapi warga untuk dipiara dengan cara membunuh induknya.

Sejak 2007, di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berdiri Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS), sebuah yayasan non-profit yang selama ini aktif melakukan konservasi orangutan.

Yayasan ini secara berkala melepasliarkan orangutan ke habitat aslinya yang masih tersisa di hutan Kalimantan Timur.

Menurut drh Agus Irwanto, Project Director BOS, Rabu (27/4/2016) saat ini BOS merawat 206 ekor orangutan berbagai usia.

Satwa-satwa tersebut umumnya dari hasil penyerahan perusahaan yang merambah hutan maupun dari hasil razia petugas Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dari tangan masyarakat.

Dari 206 ekor orangutan tersebut, dua di antaranya adalah Elder dan Obi, dua bayi orangutan yang lucu nan menggemaskan.

Elder adalah bayi orangutan yang lahir di BOS dari perkawinan sepasang orangutan jantan dan betina.

Sementara, Obi adalah bayi orangutan hasil razia dari masyarakat oleh BKSDA yang diserahkan ke Yayasan Bos tahun 2010.

Dua ekor bayi orangutan ini sejak 2012 diadopsi oleh produsen ban PT Bridgestone Tire Indonesia.

Bridgestone membantu dalam bentuk pendanaan bagi perawatan Obi dan Elder serta teman-temannya.

Nilai donasi yang diberikan Bridgestone mencapai Rp 1,3 miliar sejak 2012.

Khusus tahun ini, Bridgestone memberikan donasi senilai Rp 340 juta kepada Yayasan BOS.

Elder dan Obi saat ini menjalani pembelajaran alias sekolah di BOS di Semboja, Kutai Kartanegara untuk persiapan pelepasliaran beberapa tahun ke depan.

"Kami memproyeksikan dalam 10 tahun setelah dalam penanganan kami, setiap ekor orangutan sudah siap dilepasliarkan," kata drh Agus Irwanto.

Pelepasliaran orangutan tersebut dilakukan di kawasan hutan sekunder di Kalimantan Timur, sekitar 5 jam sebelum Berau, seluas 68.000 hektar.

Yayasan BOS mengelola kawasan hutan sekunder ini dari menyewa ke Pemerintah dengan nilai sewa Rp 15 miliar untuk jangka waktu 30 tahun.

Menurut dr Agus, orangutan yang dilepasliarkan umumnya yang sudah menginjak remaja, dengan usia 12-14 tahun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini