News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Travel Tips

Cara Jalan-jalan Murah Ke Turki dan Kiat Mencari Pemandu Wisata Lewat Instagram

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto-foto perjalanan dua traveler Banjarmasin, Megawati dan Helda Annatasia, ke Turki.

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN- Turki merupakan sebuah negara yang unik karena berada di dua benua, yaitu Asia dan Eropa.

Pesona alamnya pun banyak yang menarik, mulai dari gua-gua di Cappadocia hingga kehidupan perkotaan di Istanbul serta kulinernya yang khas Turki.

Pesona alamnya di sana adalah hamparan bunga-bunga indah seperti sakura, tulip hingga lavender bisa dinikmati wisatawan.

Di Turki, mata uangnya adalah Lira atau biasa disebut Turkish Lira, namun pelancong bisa juga membayar dengan uang Dolar atau Euro.

Dua warga Banjarmasin, Megawati dan Helda Annatasia yang pernah ke sana menuturkan di sana bisa juga ditumbuhi sakura.



Walau sakura identik dengan Jepang, namun karena iklim Turki yang juga mengalami musim salju membuat sakura juga bisa tumbuh di sana.

“Paling dominan sih tulip, tetapi sakura dan lavender juga ada. Biasanya tumbuh di taman-taman di Topkapi Palace,” tutur Helda.

Orang Turki biasanya ramah-ramah.

Penduduknya mayoritas muslim, khususnya yang berdomisili di Istanbul.

Penganut agama lainnya juga ada, yaitu Kristen yang mayoritas bermukim di Cappadocia.

Di Istanbul, ada sebuah masjid ternama yaitu Blue Mosque atau Masjid Biru.

Selama di sana, mereka menginap di hotel di belakang masjid tersebut sehingga memudahkan mereka untuk salat di masjid tersebut.

“Uniknya ya, kalau salat di sana, khusus cewek nggak ada mukena. Jemaah perempuan biasanya salat hanya berpakaian gamis, jilbab dan kaus kaki. Tidak seperti di Indonesia yang biasanya memakai mukena,” ujarnya.

Di sana juga ada museum bernama Hagia Sofia atau oleh orang-orang Turki biasa disebut Aya Sofia.

Bangunan ini dulunya merupakan gereja Kristen Ortodoks yang setelah Turki dikuasai Islam kemudian berubah menjadi masjid.

Namun sekarang tak lagi berfungsi sebagai masjid, tetapi diubah menjadi museum oleh pemerintah setempat.


Foto perjalanan dua traveler Banjarmasin, Megawati dan Helda Annatasia, ke Turki.


Benda-benda koleksinya dulunya bernuansa Islam seperti pajangan kaligrafi bertulisan Allah dan Muhammad, namun belakangan ini koleksinya bertambah secara alami, yaitu ada lukisan-lukisan peninggalan Kristen seperti gambar Bunda Maria, Yesus dan sebagainya.

“Jadi, ceritanya dulu setelah Aya Sofia dikuasai Islam, dinding-dindingnya yang ada lukisan bernuansa Kristen ditutupi semacam cat untuk kemudian dihiasi dekorasi bernuansa Islam. Nah, sekarang ini mungkin karena sudah termakan usia yang sangat tua, catnya itu mengelupas sehingga muncullah lagi lukisan-lukisan bernuansa Kristen itu,” ungkapnya.

Di salah satu sudutnya, ada pajangan kaligrafi bertulisan Allah dan Muhammad yang berdampingan, sementara di tengah-tengahnya agak ke belakang sedikit tampak dinding bangunannya yang mengelupas dan ada lukisan Bunda Maria di situ.

Benar-benar menunjukkan jejak-jejak sejarah Islam dan Kristen Ortodoks yang ada di negeri yang dipimpin presiden Recep Tayyip Erdogan ini.

Soal bangunan hotel di Istanbul, rata-rata berupa rumah toko dengan pemandangannya ke Selat Bosporus.

Berbeda dengan di Cappadocia yang bangunan-bangunannya didominasi batu dan gua-gua.

Di sana, tarif hotel tergolong murah.

A photo posted by @ilikeistanbulofficial on Apr 28, 2016 at 1:12pm PDT




“Menginap tiga malam hanya Rp 1,7 juta kalau dirupiahkan,” imbuh Megawati.

Untuk kuliner di sana cukup mahal, yaitu sekitar Rp 80.000 sekali makan atau paling mahal sekitar 25 Lira dengan nilai tukar Rp 4.000 untuk 1 Lira.

“25 Lira, 1 Liranya Rp 4.000, berarti Rp 100.000 buat sekali makan doang,” tambah Helda.

Soal rasa, menurutnya jauh lebih nyaman makanan Indonesia.

Di sana, makanannya kebanyakan berupa roti, buah, kue kering, daging, keju dan minumannya biasanya teh seperti apple tea atau lemon tea.

Di sana, ada satu kudapan lokal yang mudah ditemui dimana-mana, yaitu Simit Sarai.

Bentuknya seperti kue kering yang keras, bulat seperti donat dan berwarna coklat.

Memakannya dengan apple tea atau lemon tea, bisa dimakan langsung atau dicelupkan ke tehnya.

“Enak rasanya. Anak-anak kecil di sana juga banyak yang memakannya,” katanya.

Selain berkeliling di Istanbul, mereka juga menyeberang ke Uskudar.

Turki yang merupakan negara yang terletak di dua benua, yaitu Eropa dan Asia menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi negeri ini.

Istanbul dikatakan sebagai Eropanya dan Asianya adalah Uskudar karena Istanbul terletak di Benua Eropa dan Uskudar di Benua Asia.

Menyeberang ke Uskudar dari Istanbul hanya memerlukan waktu lima menit menggunakan kereta bawah laut yang disebut Marmarai.

Bayarnya cukup memakai kartu yang disebut Istanbulkart atau Kartu Istanbul.

“Waktu itu kami membeli yang seharga 25 Lira. Mau masuk ke keretanya tinggal gesek aja. Beli kartu itu 25 Lira cukup untuk berkeliling ke banyak tempat selama dua hari. Kalau saldonya menipis atau habis, bisa diisi ulang, nominalnya beda-beda. Yang 10 Lira juga ada,” jelasnya.



Ke Turki, jangan lupa untuk merasakan sensasi terbang di udara menggunakan balon udara di kota bernama Cappadocia dan menikmati pemandangan pagi kota tersebut dari atas.

Untuk bisa menaiki balon udara ini, pelancong harus merogoh kocek 120 Euro atau sekitar Rp 1,7 juta per orang.

“Sebenarnya harganya nggak segitu. Normalnya kalau dirupiahkan sekitar Rp 2,4 juta. Kami waktu itu pas kebetulan ada program diskon aja jadi lebih murah,” sebutnya.

Wisatawan dimanjakan dengan pemandangan kota Cappadocia dari atas selama satu jam mengudara di atas.

Biasanya, balon-balonnya diterbangkan pagi hari.

“Kami dijemput dari hotel pukul 5 subuh. Satu balon udara itu cukup untuk 20 penumpang, sudah plus pilotnya,” tambahnya lagi.

Pemandangan Cappadocia kebanyakan berupa bebatuan besar dan gua-gua.

Bahkan, hotel-hotelnya pun berdinding batu, tak seperti di Istanbul yang kebanyakan berupa ruko.

Kota ini juga dikenal dengan kerajinan keramiknya yang khas Turki.

Mayoritas penduduknya beragama Kristen dan para perajin keramik itu mengelola usaha keturunan nenek moyang keluarga mereka tersebut secara turun temurun.

“Kami bertemu satu keluarga perajin keramik khas Turki di daerah Ceramic City di Cappadocia. Perajinnya yang sekarang adalah keturunan keenam di keluarga mereka,” sambungnya.

Mereka ke sana awal April 2016 lalu dan kala itu udara di sana sangat dingin, yaitu 0 derajat celcius.

Selama di sana, dia mengaku jarang mandi karena belum terbiasa dengan iklimnya yang sangat dingin.

Bahkan, di hotel pun, kendati sudah menghidupkan pemanas ruangan, dia tetap tak tahan dengan dinginnya udara musim dingin Turki tersebut sehingga harus memakai baju lima lapis.

Nah, sekarang soal tiket pesawat ke sana, ditambahkan Megawati, ternyata sangat mahal untuk sekali pergi, yaitu Rp 19 juta per orang.

Namun beruntungnya, mereka waktu itu berhasil mendapatkan tiket murah, yaitu hanya Rp 5,8 juta per orang.

Mereka membeli tiket sepasang suami istri yang membatalkan berlibur ke Turki karena alasan tertentu.

“Tiket itu mereka dapatkan dari menang undian. Itu sudah plus paket berwisata ke beberapa tempat dan tanggal keberangkatannya bebas saja,” sebutnya.

Di Turki, tarif jalan-jalan ke berbagai tempat wisata dan hotel murah, namun harga makanan yang mahal.

“Tapi kami waktu itu cukup berhemat kok soal makanan karena pagi dapat sarapan gratis di hotel, siang baru beli makanan dan malamnya bikin mi instan bawa sendiri dari Banjarmasin,” tuturnya.

Pakai Pemandu Pribadi di Turki, Ini Cara Mencarinya di Instagram

Mereka ke Turki hanya berdua, namun mereka tak risau soal bakal tersesat atau tidak dan kendala bahasa, karena mereka memakai jasa pemandu wisata pribadi.

Pemandu mereka adalah seorang mahasiswi Indonesia yang sedang kuliah di sana.

Mereka sebelum berangkat rupanya sudah mengontak sang pemandu.

Dan uniknya lagi, mereka semula belum saling mengenal dan mencari pemandunya hanya berdasarkan pencarian di Instagram, cukup dengan mengetikkan tagar-tagar tertentu.

Lantas apa saja tagar yang harus diketik? Menurut Helda cukup dengan mengetikkan tagar ikon-ikon wisata terkenal di Turki seperti #Cappadocia, #Grandbazaar, #Bluemosque, #Hagiasofia, #Ayasofia, #Turki, #Topkapipalace, dan sebagainya.

“Pokoknya ketik saja ikon wisata Turki yang ingin kita cari informasinya, biasanya akan banyak bermunculan di Instagram. Rata-rata yang memostingnya adalah orang-orang Indonesia yang bermukim di sana, seperti mahasiswa,” ujarnya.




Mahasiswa Indonesia di sana biasanya senang mengisi waktu luang mereka sambil mencari uang tambahan sebagai pemandu wisata.

Jumlah mereka banyak dan kita bisa meminta pertemanan dengan mereka lalu mengontak mereka secara pribadi.

“Kalau pemandu wisata orang Turki asli juga banyak, namun susah mencari mereka di Instagram. Biasanya orang Turki kalau bikin tagar kan memakai bahasa mereka jadi kalau mengetikkan tagar-tagar tadi nggak bakal ketemu dan kita yang orang Indonesia juga nggak bakal ngerti. Biasanya orang-orang Indonesia di sana yang senang mengetikkan tagar-tagar seperti yang tadi itu,” paparnya.

Untuk tarifnya, ditentukan oleh pemandunya.

Untuk tarif pemandu asli orang Turki sekitar 100 Lira sehari dan kalau untuk pemandu dari mahasiswa Indonesia hanya 50 Lira per hari. (Yayu Fathilal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini