Prinsipnya, makin lama Orangutan berinteraksi dengan manusia, making sulit untuk membuat mereka menjadi liar kembali.
"Terhadap Orangutan yang tidak bisa kami lepasliarkan, kami punya tanggung jawab merawat mereka," kata drh Agus.
Untuk mengelola kegiatan konservasi Orangutan di Samboja, drh Agus dibantu sekitar 80 orang staf, termasuk petugas lapangan yang secara bergantian memantau, melakukan pemberian makan sampai pemeriksaan kesehatan Orangutan di sekolah hutan Samboja.
"Aktivitas kami di sini seperti never ending story project, karena setekah kami lepasliarkan kami tetap punya kewajiban memonitor perkembangannya di hutan," ujarnya.
"Setiap ekor yang kami lepasliarkan kami pasangi chip di tengkuknya untuk memantau pergerakannya. Ada satu-dua ekor yang setelah kami lepasliarkan gagal karena tidak mampu mencari makanan sendiri di hutan. Akhirnya harus kembali kami rawat di sini," beber drh Agus.