Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Guilin adalah sebuah kota di Cina selatan yang dikenal dengan lanskap dramatis dari karst batu kapur.
Suasana di Guilin, China. (Disbudpar Aceh)
Tempat ini dipilih oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh belajar konsep agrowisata.
Sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, mata pencaharian penduduk setempat adalah bertani.
Hari ini masyarakata Guilin mengembangkan kota tersebut dengan konsep agrowisata.
Kini di kota dengan suhu 27 derajat celcius tersebut berjamur homestay dan restaurant.
Bagi warga yang tak sanggup mendaki, pengelola wisata menawarkan tandu seharga 180 RMB atau setara Rp 468 ribu.
“Artinya banyak potensi di Aceh tidak bisa kita jual, sementara di Cina di puncak gunung pun bisa dijual,” terang Kabid Pengembangan Pariwisata Disbudpar Aceh, Amiruddin Tjoet Hasan kepada Tribun Travel.
Di kota itu terdapat dua danau yaitu Cedar dan Banyan dengan parit Tang Dynasty yang mengapit kota.
Suasana di Guilin, China. (Disbudpar Aceh)
Perahu wisata akan membawa anda mengelilingi danau yang terhubung dengan sungai.
Di Danau Cedar, pagoda kembar menerangi langit di malam hari.
Menyingkap sisi lain negeri ‘tirai bambu’ yang belum banyak dituturkan pelancong.
Dalam kesempatan tersebut rombongan Disbudpar Aceh yang turut dihadiri Kadisbudpar, Reza Fahlevi juga menyambangi mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.