Penilaian terhadap bahaya
Seperti mendaki gunung, selfie juga merupakan kegiatan berisiko bahaya. Hal terpenting sebelum melakukan selfie adalah menilai potensi bahaya yang terjadi di tempat Anda ingin selfie.
Bahaya tersebut misal terbagi dua seperti bahaya obyektif dari tempat ber-selfie dan bahaya subyektif dari diri sendiri.
Bahaya obyektif bisa berbentuk tempat yang rawan ombak besar, rawan terjatuh di jurang, bisa terjatuh ke kawah gunung berapi, terpeleset karena tanah yang dipijak longsor, tiupan angin, dan bahaya lain.
Sedangkan, bahaya subyektif bisa berbentuk ceroboh saat ber-selfie, mengantuk saat selfie, atau pijakan kaki tak kuat. Sebaiknya sebelum selfie di tempat wisata, pertimbangkanlah keamanan berdasarkan bahaya yang telah dikenali.
Belajar dari pengalaman
Berbagai pengalaman buruk dalam kasus selfie banyak terjadi. Media sosial atau media massa juga telah mengulas kejadian tersebut.
Belajar dari kesalahan yang terjadi berdasarkan pengalaman orang maupun pengalaman pribadi adalah hal yang bisa dipelajari agar berfoto selfie tetap aman. Belajar dari pengalaman adalah salah satu cara belajar terbaik.
Ketahui penyebab kecelakaan dalam berfoto selfie
Di buku "Freedom of Hill", mengetahui penyebab kecelakaan dalam mendaki gunung adalah salah satu cara pembelajaran. Hal itu juga berlaku untuk kegiatan berfoto selfie.
Belajar dari faktor-faktor kecelakaan saat ber-selfie bisa membuat waspada ketika melakukan selfie. Misalnya mengetahui kecelakaan sebelumnya karena ombak besar, berarti saat berada di tepi laut yang berombak besar, diperlukan kewaspadaan tinggi untuk ber-selfie.
Pahami risiko
Risiko yang dapat diterima adalah hal yang sulit untuk diukur. Setiap pendaki memiliki tingkat risiko yang berbeda. Begitu juga orang-orang yang melakukan selfie.
Ketahui kemampuan untuk melakukan selfie apalagi di tempat yang berbahaya seperti puncak gunung, di atas gedung, atau di laut. Setiap tempat selfie juga memiliki resiko yang berbeda-beda.