Malahan, beberapa kendaraan roda empat tampak bernomor polisi luar Yogyakarta.
Rasa was-was yang sebelumnya berkecamuk buyar saat beberapa meter tiba dari lokasi gardu pandang.
Ketika kaki mulai menginjakkan kaki di anak tangga yang mulai menurun, hamparan awan kabut yang menyelimuti perbukitan dan lembah sungai Oyo langsung menyambut.
Berjubel
Namun Tribun Jogja tak sendiri, ada ratusan wisatawan yang sudah berjubel di gardu pandang.
Benar-benar padat dan ramai. Akhir pekan benar-benar membuat gardu pandang penuh sesak oleh wisatawan yang sebagian besar muda-mudi.
“Ini sangat luar biasa (pemandangannya). Sensasinya serasa benar-benar di atas awan. Sekilas sangat mirip di Sikunir (Wonosobo),” kata Melati Indah, satu dari ratusan wisatawan yang terkagum-kagum.
Hamparan kabut memang menjadi magnet lokasi ini.
Kabut mulai muncul sejak sekitar pukul 05.00, lalu semakin lama semakin pekat dan perlahan mulai menghilang sekitar pukul 07.30.
Faktor cuaca sangat berpengaruh tebal tipisnya kabut.
“Saya pernah ke sini kabutnya tak setebal ini, sangat tipis. Hari ini cuaca sangat bagus,” terang Alvina, mahasiswi sebuah kampus negeri di Yogyakarta yang pagi itu datang bersama teman-temannya.
Hampir semua wisatawan asyik berfoto pagi itu.
Namun sayangnya, aksi berselfie ataupun berwefie mengabaikan sisi keselamatan.
Beberapa wisatawan nekat memanjat, duduk bahkan bergelantungan di pagar pembatas gardu pandang hanya untuk sekadar menuruti hasrat berfoto.
Bahkan ada aksi wisatawan yang lebih nekat lagi yakni melompati pagar pembatas dan asyik berfoto di tebing belakang pagar.
Padahal tepat di belakang pagar itu adalah tebing curam yang tertutup kabut.
Aksi menantang maut para pemburu selfie ini seolah mengacuhkan papan larangan bertuliskan “Dilarang Melewati Pagar Pembatas” yang di pasang pengelola Kebun Buah Mangunan.(*)