Namun, mayoritas bangunan asli tempo dulu masih terjaga dan terawat.
Arsitektur dan gaya khas rumah zaman dulu membuat kampung ini semakin mengingatkan pada masa lampau.
Jendela dan pintunya masih sederhana. Atapnya masih kuno lengkap dengan tulisan tahun yang menunjukkan tahun pembuatannya.
Lantai rumah juga masih menggunakan lantai zaman dulu yang khas dengan coraknya.
Kampung ini semakin terlihat lebih asri dengan tanaman-tanaman toga di setiap sudut gang dan rumah.
Hal ini membuat kampung semakin terlihat lebih hijau dan asri.
Warga di kampung ini memang sangat kompak untuk melestarikan dan menjaga bangunan kuno yang tertinggal meski sempat beberapa kali hendak dibeli oleh pengembang.
Konon katanya, harga yang ditawarkan untuk satu rumah cukup fantastis.
Sebelum dinyatakan sebagai kampung lawas dan menjadi salah satu tujuan tempat wisata sejarah di Surabaya, nama Kampung Maspati tidak banyak orang yang mengetahuinya, meskipun lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari Tugu Pahlawan Surabaya.
“Sekitar tiga tahun yang lalu saya dan masyarakat tergerak untuk membuat branding Maspati ini sebagai kampung lawas,” kata Ketua RW 8 Sabar Swastono(69) kepada Surya.
Ia mengaku, awalnya memang miris melihat Kota Surabaya yang dianggap sebagai Kota Pahlawan.
Menurutnya, Surabaya ini penuh sejarah dan saksi dari perjuangan arek-arek Suroboyo dalam memperjuangkan kemerdekaan, serta sebelum ada peperangan sempat ada kerajaan besar yakni Mataram yang berpusat di Surabaya.
“Kenyataannya, budaya kearifan lokal sudah dijajah oleh budaya lain yang masuk ke Surabaya sehingga budaya asli Surabaya hilang seiring berjalannya waktu. Ini menyedihkan, harus dipertahankan budaya kearifan lokal biar tidak punah,” terangnya.
Dia menuturkan pembuatan kampung lawas ini dilakukan secara swadaya.