Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasriyani Latif
BANGKOK, TRIBUN-TIMUR.COM - "Apa kabar pak, bu," sapa lelaki paruh baya yang menyambut kedatangan rombongan Thailand Moeslim Friendly Trip di Bandara International Suvarnabhumi, Bangkok, Selasa (24/5/2016) sore.
Adalah Ismail, lelaki berusia 55 tahun itu bertindak selaku tour guide (pemandu wisata) kami selama berada di Thailand.
Ismail, tour guide di Thailand yang fasih berbahasa Indonesia. (Tribun Timur/Hasriyani Latif)
TAT Jakarta mengundang empat media di Indonesia, termasuk Tribun Timur, untuk mengeksplor wisata di Thailand yang nyaman buat muslim.
Dengan ramahnya, Ismail memperkenalkan diri.
Dari nama dan cara dia melafalkan Bahasa Indonesia nyaris membuat saya dan teman media lainnya terkecoh.
Kami mengira Ismail adalah orang Indonesia yang menetap di Thailand dan bekerja sebagai pemandu wisata di Negeri Gajah Putih itu.
Rupanya ia asli Thailand. Ia sudah menjalani profesinya itu sejak 1984.
Dan kebetulan, ia diberi anugrah berupa kemudahan melafalkan bahasa negara lain.
Selain Bahasa Indonesia, ia juga bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Arab dan Perancis.
"Saya dulu lima tahun di Syiria (Suriah) dan dalam waktu enam bulan sudah kuasai Bahasa Arab," katanya.
Terkait Bahasa Indonesia, Ismail memang sengaja memilih bahasa tersebut saat menjalani kursus tour guide yang digelar TAT bekerja sama dengan KBRI.
Jadi wajar saja jika bercakap-cakap dengannya, kami merasa seperti sekampung.
Ia pun mengungkapkan alasan memilih Bahasa Indonesia.
"Kursus kan itu minimal dua bahasa. Salah satunya saya pilih Indonesia. Kenapa? Karena saya muslim, ada keturunan melayu, dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling gampang untuk dipelajari," tuturnya.
Ismail merupakan satu di antara ratusan pemandu wisata Thailand yang fasih berbahasa Indonesia.
"Jumlahnya itu sekitar 200 orang yang sangat fasih berbahasa Indonesia dan mayoritas memang orang Thailand Selatan. Untuk logatnya, tergantung yang ngajar," katanya.
Kepiawaian pemandu wisata Thailand dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia memang dijadikan strategi pemerintah setempat dalam mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan Indonesia.
Marketing Manager TAT Jakarta, Indra Nugraha, yang turut mendampingi dalam perjalanan ini menyebut, pada 2015 jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia mencapai 550 ribu orang.
Tahun ini, kata dia, diprediksi mengalami peningkatan seiring dengan keseriusan pemerintah setempat menggarap potensi wisata di Thailand. Termasuk wisata yang halal dinegara yang penduduknya mayoritas Buddha itu.
"Perkembangan wisata halal di Thailand itu sejak lima tahun lalu. Namun betul-betul siap sekitar tiga tahun belakangan," kata Indra. Sebagai negara mayoritas muslim dan padat penduduk, Indonesia merupakan pasar potensial bagi Thailand.
Saat ini Indonesia masih berada di urutan ke-16 dalam hal jumlah kunjungan turis ke Thailand. "Yang terbesar itu dari China. Disusul Malaysia, Korea, dan Jepang," ujarnya.(*)