Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Pujoasmoro
TRIBUNNEWS.COM, PURBALINGGA - Anda pecinta wisata atau olahraga ekstrem?
Gua Lorong Kereta di Desa Wisata Siwarak, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, bisa menjadi alternatif pilihan.
Petualangan di Gua Lorong Kereta dimulai sejak dari mulut gua.
Menuju Goa Lorong Kereta di Purbalingga. (Tribun Jateng/M Syofri)
Di pintu masuk ini, Anda harus berjalan jongkok bahkan merangkak.
Namun, itu hanya berlangsung beberapa meter.
Selanjutnya, Anda bisa berdiri dan berjalan normal hingga akhir gua sepanjang sekitar 200 meter lantaran langit-langit gua yang mulai meninggi.
Meski mulai berjalan normal, tantangan belum berakhir.
Menaklukkan rasa takut karena seluruh gua dinaungi kegelapan abadi serta lebar gua yang termasuk sempit, hanya sekitar dua meter, harus bisa Anda lakukan.
Jangan pernah abai membawa senter, helm serta sepatu boot atau sepatu tracking saat menyusuri gua (caving).
Selama perjalanan, air terus menetes dari stalaktit (batangan kapur di langit-langit gua dengan ujung meruncing ke bawah).
Di kanan dan kiri dinding gua terlihat lajur atau deretan garis menonjol yang menyerupai rel kereta api.
Sementara, di beberapa tempat, terdapat semacam patahan yang seolah-olah menjadi penyambung antar lorong gua.
"Itu sebabnya, gua ini dinamakan Gua Lorong Kereta. Mirip kereta, ada sambungan yang menghubungkan antar lorong, mirip penyambung gerbong," ungkap Tabah (19), guide Gua Lorong Kereta.
Jalur Gua Lorong Kereta cukup licin dan berlumpur.
Jatuh dan berkubang dalam lumpur menjadi pemanis dalam perjalanan.
Tak heran, banyak yang menyebut caving di Gua Lorong Kereta berbonus mandi lumpur.
Terutama, saat musim hujan tiba.
"Saat hujan, air yang menggenang di dalam gua bisa mencapai selutut orang dewasa," imbuh Tabah.
Gua Lorong kereta tak hanya menyuguhkan jalur horizontal.
Ada pula bagian yang membutuhkan keterampilan dan keseimbangan lantaran harus naik tebing.
Perjalanan menyusuri gua ini bakal menjadi pengalaman tak terlupakan.
Keindahan bebatuan alami yang disuguhkan benar-benar mengundang decak kagum.
Anda yang ingin menjajal tantangan lain, bisa menyusuri gua di depan Gua Lorong Kereta.
Menurut Sobirin (24), guide yang juga menemani perjalanan kami, hingga kini gua tersebut belum diberi nama.
Tantangan juga diberikan saat masuk mulut gua yang hanya berdiameter sekitar 70 sentimeter. Di sekelilingnya, terdapat bebatuan terjal.
Berbeda dari Gua Lorong Kereta, perjuangan hanya dirasakan saat masuk gua.
Selanjutnya, Anda bisa leluasa berjalan lantaran ketinggian langit-langit gua mencapai sekitar lima meter.
Seperti halnya Gua Lorong Kereta, gua tanpa nama ini masih cukup alami.
Staklakmit gua di beberapa tempat terasa tajam dan banyak lubang meski tak terlalu dalam.
Gua ini menyuguhkan pemandangan berupa bebatuan alami nan indah.
Ada bebatuan yang menyerupai patung yang disebut warga sekitar sebagai Dewi Sri. Patung itu terletak di sisi kanan atas gua.
Uniknya, patung tersebut ditopang batu yang menjorok hampir ke tengah gua.
Bagi masyarakat di Siwarak, patung batu setinggi sekitar 1 meter itu disebut Batu Wayang.
Untuk menelusuri dua gua tersebut, dibutuhkan waktu setidaknya dua jam.
Disarankan, waktu terbaik untuk masuk ke gua adalah jelang tengah hari hingga menjelang sore hari.
Pengelola Desa Wisata Siwarak telah menyiapkan paket perjalanan menyusuri Gua Lorong Kereta.
Harganya, Rp 120 ribu per orang. Harga tersebut sudah termasuk peralatan berupa helm dan headlamp atau senter, P3K dan oksigen, dokumentasi, serta makan sekali dengan menu masakan warga desa setempat. (*)