KompasTravel berkesempatan menonton tari kecak di Pura Luhur Uluwatu beberapa waktu lalu.
Meski bulan Ramadhan, pura tersebut tetap dijejali turis, terutama mancanegara. Rombongan turis China, India, dan tentunya Australia tampak mendominasi.
Teater berbentuk lingkaran dengan deretan kursi menghadap laut lepas mulai dimasuki wisatawan sekitar pukul 16.00 Wita.
Meski terlalu dini untuk menonton kecak, mereka ingin mendapat spot paling ciamik untuk memotret atraksi tersebut.
Sekitar pukul 17.45 Wita, hampir semua tempat duduk di teater tersebut sudah terisi.
Pertunjukan pun dimulai. Sebanyak 70 pria, masing-masing mengenakan kain poleng memasuki arena.
Epos Ramayana yang dikisahkan dalam tari kecak kira-kira begini: karena akal jahat Dewi Kakayi (ibu tiri) dari Sri Rama, Putra Mahkota dari Kerajaan Ayodya diasingkan dari istana ayahnya, yakni Sang Prabu Dasa Rata.
Ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang setia, Dewi Sita, Sri Rama pergi ke Hutan Dandaka.
Saat mereka tiba di hutan, Prabu Dasamuka (Rahwana) mengetahui keberadaan mereka.
Rahwana pun terpikat kecantikan Dewi Sita. Dia lalu berupaya menculik Dewi Sita.
Upaya itu berhasil. Rama pun berusaha menolong istrinya dari cengkeraman raja yang kejam itu.
Atas bantuan bala tentara kera di bawah panglima Hanoman, mereka berhasil merebut Dewi Sita.
Merasa terlalu rumit untuk diikuti? Anda tidak sendiri. Begitu pertunjukan dimulai, decak kagum terdengar jelas dari para turis.
Puluhan pria yang berteriak "cak cak cak", gerakan tari Sri Rama dan Dewi Sita yang memukau, serta kedatangan Hanoman yang disertai riuhnya tepuk tangan. Dengan latar sunset dan laut lepas, pertunjukan ini benar-benar menghipnotis pengunjungnya.