TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia sudah menjadi negara favourit bagi outbond tourism Australia dua bulan berturut-turut, April dan Mei 2016.
Itu tidak menyurutkan spirit untuk terus mempromosikan aneka paket wisata ke Indonesia. Bahkan, justru dibuat lebih gencar, menukik lebih dalam. Pada 18-19 Juli 2016 ini, Kemenpar mendorong industri untuk tampil lagi di pameran bertajuk The Travel Industry Exhibition 2016 di Luna Park, Milsons Point, Sydney.
"Tidak boleh putus, justru harus lebih dalam mengena publik di Australia. Kalau dua bulan berturut-turut menjadi destinasi paling favourit, paling banyak dikunjungi warga Australia, berarti mereka semakin memahami Indonesia. Mereka mendapatkan informasi lebih banyak tentang keunikan dan tantangan objek wisata di tanah air. Kesempatan, diguyur lebih banyak lagi destinasi baru yang pas buat mereka," kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta.
Bagi Australia, Bali adalah rumah kedua, jarak tempuhnya tidak jauh, waktu terbang juga tidak teramat lama.
"Dan yang paling mengena adalah price competitiveness-nya sangat tinggi. Indonesia nomor 3 di dunia, menurut World Economic Forum. Dengan dolar yang sama, bisa menikmati lebih banyak dan lebih optimal di Indonesia, daripada di negara lain," urai Arief Yahya yang ahli ilmu marketing dan digital itu.
Setelah menjadi keynote speaker dalam 2nd High Level Forum on China-ASEAN Production Capacity Cooperation yang di-host oleh Ambassador of China to ASEAN, HE Xu Bu di JW Martiot Hotel Jakarta 12 Juli 2016, Arief Yahya juga menyampaikan bahwa pariwisata sudah menjadi prioritas utama di Indonesia.
Selain juga, infrastruktur, pangan, energi dan maritime, yang menjadi fokus Presiden Joko Widodo. Karena menggarap sektor pariwisata harus berkesinambungan, tidak boleh putus-nyambung.
”The Travel Industry Exhibition 2016 adalah salah satu promosi yang memfasilitasi terjadinya kontak dan kontrak bisnis antara para seller dari Indonesia dan buyer dari Australia. Ini adalah usaha kami untuk menjaga ritme promosi kami yang tentunya sangat bermanfaat untuk Pariwisata kita, kami harus konsisten terus agar masuknya wisatawan Australia ke Indonesia terus terjaga,” tambah Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana.
Pitana mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dengan pra system appointments dan Table Top Exhibition. Juga dilengkapi dengan program seminar menampilkan diskusi panel dan simposium tentang topik-topik seperti e-pariwisata.
”Pameran ini juga punya prestise yang baik, karena kegiatan ini didukung oleh AFTA Travel Accreditation Scheme (ATAS,Red) dan Travel Grup Harian serta The Travel Industry Mentor Experience (TIME). Jadi jelas peluangnya terbuka lebar untuk kembali dapat mempromosikan destinasi kepariwisataan Indonesia secara lebih utuh dan variatif,” ujar pria yang hobinya badminton itu.
Maka dari itu, media untuk mempromosikan Indonesia sudah disiapkan dengan matang oleh Kemenpar. Kemenpar menyewa lahan seluas 27 sqm dengan nomor A13-A15 yang akan diisi bersama dengan industri pariwisata.
Industri yang akan ikut di perhelatan tersebut adalah, Harris Hotel Batam, PT Vital Idola Pesona T&T, Tanjung Pinang, PT Cahaya Duta Batam, PT Anugerah Indonesia, Tanjung Pinang, Hotel Aston Tanjung Pinang, Come2Indonesia, Bali, Puri Mas, Lombok, dan Jakarta Hotels Association.
”Sedangkan untuk pelaksanaannya, ini adalah keikutsertaan Kementerian yang ke-2 kalinya. Kami akan terus konsisten dan berusaha menjaga Indonesia akan tetap menjadi tempat yang dikunjungi nomer satu di negaranya,” kata Pitana.
Seperti diketahui, baru saja kabar manis datang ke Indonesia. Dalam kurun dua bulan berturut-turut --April-Mei 2016—masyarakat Australia terbanyak terbang ke Indonesia. Data terkini, bulan Mei 2016, yang dilansir ABS - Australia Bureau of Statistics menyebutkan tujuan utama dan peringkat pertama orang-orang Negeri Kanguru itu berwisata ke Indonesia.
Yakni 108,5 ribu wisatawan Australia, naik 16,4% dari capaian tahun 2015 yang tercatat 92,8 ribu. Juga naik 1,3% dari bulan sebelumnya, April 2016 yang 106,6 ribu.
Angka itu kembali mengalahkan New Zealand, yang dari waktu ke waktu selalu selalu menjadi nemenpati puncak tangga. Bulan Mei 2016, wisatawan Australia ke Selandia Baru itu tercatat 104,6 ribu.
Bulan April 2019, juga kalah dengan capaian 99,4 ribu outbond Aussie ke Selandia Baru dibandingkan dengan Indonesia yang menembus 105,5 ribu wisman.
Memang, promosi Wonderful Indonesia di negara tetangga di sisi tenggara ini cukup gencar. Baik digital maupun non digital, seperti outdoor dengan membungkus tram di Melbourne yang melintas di Central Kota dan juga termasuk dengan melakoni pameran yang dilakukan Kemenpar dari setiap kegiatan.
Selain promosi, sukses ini juga berkat deregulasi dengan Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk Australia. Bukan rahasia lagi, Promosi pariwisata dengan tema Bebas Visa Kunjungan, cukup efektif menggaet pasar Autralia.
Indonesia sudah 169 negara bebas Visa masuk, awalnya hanya 15 negara, lalu menjadi 45 negara dan ditambah menjai 90 negara. Terakhir ditambah lagi maksimal 169 negara.
Capaian dua bulan terakhir ini cukup menaikkan confidence Kemenpar untuk mengeksplorasi lebih dalam pasar Australia. Destinasi mereka selama ini paling besar ke Bali.
Sepeeti diketahui, yang paling banyak mendapatkan benefit dari originasi turis Australia adalah Bali. Wisman Australia sudah familiar ke Bali. Nah, dengan industri pameran selain Bali yang hadir, Kemenpar juga menggenjot destinasi lain.
Kemenpar mengemas 7 dari 10 top destinasi itu memang dikemas untuk wisata bahari. Dan Australia ada turis yang lebih ke advanture dan bahari. Diantaranya, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Wakatobi, Kepulauan Seribu dan Morotai.
Wisata bahari oleh Menpar Arief Yahya dan tentunya oleh Kemenpar dibagi tiga besar.
Pertama coastal zone atau wisata bentang pantai. Kedua, underwater atau wisata bawah laut. Ketiga, sea zone, wisata antar pulau yang biasa dilakukan dengan yacht, atau perahu pesiar.