TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alghazali Quurtubi baru berusia 24 tahun saat memulai usaha menjual kopi Lampung, yang ia beri merek Dr Coffee.
Waktu itu, tepatnya tiga tahun lalu, modalnya hanya Rp 1,5 juta. Pemuda yang akrab disapa Ali ini rela belajar dari awal tentang bisnis kopi khas daerah asalnya.
"Awalnya ada teman saya usaha kopi di Perancis pulang ke Lampung. Dia menunjukkan kalau kopi Lampung di luar negeri dijual mahal," kata Ali yang ditemui di booth-nya di acara Franchise & License Expo Indonesia, JCC, Jakarta, Sabtu (3/9/2016).
Berkat motivasi dari temannya, Ali memberanikan diri untuk memulai usaha bisnis kopi. Ia mendatangi langsung kelompok tani kopi di daerah Sekincau, Air Hitam, dan Fajar Bulan.
Ketiganya merupakan daerah perkebunan kopi di Lampung. Dari para petani inilah Ali belajar dan memasok kopi.
"Awalnya semua serba manual. Saya sangrai sendiri di penggorengan, dari tempat yang kecil di rumah. Sekarang sudah pakai mesin, sudah ada pegawai, dan sudah ada ruko juga," kata Ali.
Tiga tahun menjalani bisnis kopi, Ali mengaku usahanya berjalan dengan sangat baik.
Dalam satu bulan usaha berjualan kopi Ali mendatangkan omzet sampai Rp 50 juta.
"Sekarang kopi sudah menjadi lifestyle, harganya bisa tinggi. Saya rasa ini bukan tren sesaat, karena kopi adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Semua orang minum kopi," kata Ali.
Rahasia bisnis Ali adalah kontrol kualitas kopi dan cara pemasaran.
"Kalau bahan bakunya bagus, maka harganya juga bisa bagus. Pemasaran juga, harus memanfaatkan semua media online yang kini ada," kata Ali sembari menyebutkan beberapa e-commerce ternama yang menjadi tempat pemasaran kopinya.
Ali juga membuka jalan bagi orang lain untuk menjadi reseller dengan memberikan paket awal penjualan.
"Ada yang Rp 500.000, ada juga yang Rp 1 juta. Isinya ada berbagai jenis kopi Lampung. Biasanya reseller ini akan repeat order (mengulang pemesanan)" kata Ali.
Kompas.com/Silvita Agmasari