TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketika mendengar lumba-lumba, apakah terbesit di pikiran Anda hewan satu ini adalah spesies ikan?
Jika iya, mungkin Anda bukan satu-satunya yang berpikiran demikian. Banyak juga orang yang salah kaprah menyamakan lumba-lumba dengan ikan.
Padahal, jika diamati lebih lanjut, lumba-lumba bukanlah spesies ikan, tapi mamalia laut. Ini karena lumba-lumba bernafas dengan paru-paru, berdarah panas dan melahirkan anak.
Bukan sekadar mamalia biasa, lumba-lumba merupakan mamalia laut yang memiliki kecerdasan tingkat tinggi yang terlihat dari struktur tubuhnya yang kompleks.
Kecerdasan dan keunikan serta perilaku lumba-lumba ini memberikan manfaat pengetahuan yang begitu luas bagi manusia.
Sayangnya, tak semua orangtua dan pendidik memiliki informasi yang benar tentang lumba-lumba sehingga sering salah menyampaikan pengetahuan dasar tentang binatang ini kepada anak-anak.
Karenanya, kehadiran wahana wisata edukasi mengenai lumba-lumba sangat bermanfaat dan berguna sebagai sarana edukasi.
Seperti yang dilakukan Ocean Dream Samudera di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Melalui wahana barunya bernama Dolphin Bay, Ocean Dream menghadirkan wahana edukasi berupa kolam interaktif antara pengunjung dan lumba-lumba.
“Sebelumnya, kesempatan untuk berdekatan dengan lumba-lumba di wahana Ocean Dream Samudera hanya pada saat-saat tertentu. Sekarang dengan kehadiran Dolphin Bay, interaksi antara pengunjung dan lumba-lumba dapat berlangsung lebih dekat lagi,“ ungkap C. Paul Tehusijarana selaku Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, pada acara pembukaan wahana baru Dolphin Bay, Senin (19/12/2016).
C. Paul Tehusijarana selaku Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, pada acara pembukaan wahana baru Dolphin Bay, Senin (19/12/2016).
Paul menjelaskan, ada sisi lain lumba-lumba yang belum banyak diketahui orang. Salah satunya, manfaat lumba-lumba bagi anak-anak berkebutuhan khusus, melalui terapi bersama lumba-lumba (dolphin therapy).
Terapi bersama lumba-lumba (dolphin therapy) pertama di Asia Tenggara ini bisa dihadirkan karena adanya lembaga konservasi dan pengembangbiakkan lumba-lumba di Ocean Dream Samudera.
Candra aris gunawan SSt.FT, salah satu terapis lumba-lumba menyatakan, lumba-lumba dipilih karena lumba-lumba merupakan makhluk cerdas, bermobilitas tinggi dan habitatnya di air.
“Terapi dolphin therapy lebih baik dibandingkan terapi konvensional atau yang berlangsung di dalam ruangan yang bersifat statik dan monoton. Beberapa peserta yang mengikuti terapi ini berkebutuhan khusus, seperti autism, down syndrome, cerebral passy, gangguan keterlambatan bicara, gangguan tumbuh kembang hingga pemulihan pasca stroke,” papar Candra.
Candra aris Gunawan, Terapis Dolphin Bay di acara pembukaan wahana baru Dolphin Bay, Senin (19/12/2016).
Terapi ini memanfaatkan mobilitas tinggi dari lumba-lumba yang akan mendorong konsentrasi dan melenturkan syaraf-syaraf yang kurang berfungsi.
Salah satu orangtua peserta dari terapi Dolphin Bay mengungkapkan perkembangan baik yang dialami anaknya.
“ Akbar mulai didiagnosa mengalami autis sejak usia 2 tahun. Saya sudah mencoba terapi di klinik dan sudah menunjukkan perkembangan sedikit demi sedikit. Setelah saya mencari informasi terapi dolphin di internet, saya segera mencoba program lima hari berturut-turut di terapi ini, “ungkap Via Seviana, orangtua Ananda Akbar peserta terapi lumba-lumba.
Via Seviana, Orangtua Peserta Dolphin Bay di acara pembukaan wahana baru Dolphin Bay, Senin (19/12/2016).
Dalam mengikuti terapi ini, perjuangan Via dan Akbar juga tidak mudah.
“Awalnya akbar marah sampai menangis hingga sejam karena takut air dan lumba-lumba. Setelah dua hari mengikuti terapi, Akbar sudah bisa menerima kondisi terapi bahkan mengalami kejadian tercebur ke air. Tak disangka, justru saat itulah Akbar menemukan bakatnya berenang dan menyelam, “kata Via.
Menurut Via, terapi lumba-lumba telah membantu perkembangan positif bagi tumbuh kembang anaknya.
“Saya mensyukuri perkembangan apapun yang dialami oleh Akbar, seperti saat ini dia bisa ungkapkan apa yang dia rasakan. Saya sadari autis tidak bisa disembuhkan hanya bisa diminimalkan,“ ungkap Via.
Penulis: Elgawaty OS/Editor: Choirul Arifin