TRIBUNNEWS.COM - Malam tahun baru tinggal menghitung jam dan biasanya daging kambing bakar jadi santapan utama saat bersama teman-teman merayakan waktu pergantian tahun itu.
Namun sebelum menyantap daging kambing bakar, Anda perlu tahu mitos yang berkembang berkaitan dengan daging kambing. Inilah beberapa mitos yang berkaitan dengan daging kambing.
Mitos ini dikumpulkan dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam kepada Warta Kota belum lama ini.
Mitos pertama, masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah atau hipotensi (TD < atau = 90/60), meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik. Benarkah?
Menurut dokter Ari, tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal.
Bisa karena perdarahan, kurang minum hingga menyebabkan dehidrasi, kelelahan, sampai kurang tidur.
Tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung, bahkan gagal jantung.
Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tekanan darahnya rendah langsung mengonsumsi daging kambing secara berlebihan.
“Kalau tensi turun karena gangguan jantung, konsumsi dagingkambing yang berlebihan justru akan fatal dan memperburuk keadaan,” kata dokter Ari.
Sebenarnya yang menaikkan tekanan darah dari daging tersebut, terutama garamnya.
Bila daging itu hanya direbus atau dibakar tanpa diberi garam tidak terjadi penambahan tensi darah jika dikonsumsi.
Dan ini sebenarnya berlaku juga pada daging sapi.
Ia menjelaskan, dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit atau susah Buang Air Besar (BAB).
Kalau kebetulan mempunyai penyakit GERD (penyakit asam atau isi lambung balik arah ke atas), maka GERD-nya akan bertambah parah setelah mengonsumsi daging kambing berlebihan.
Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah. Kenaikan ini akan menimbulkan masalah penyakit.
Mitos kedua yang juga beredar ditengah masyarakat adalah bahwa “terpedo” atau testis kambing akan meningkatkan gairah seksual.
Bukan itu saja, daging kambing yang diolah setengah matang, misalnya sate, juga diyakini meningkatkan gairah seksual.
Ternyata hal inipun tidak sepenuhnya benar.
“Memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Tetap sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan,” ujar dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dokter Ari mengatakan, daging kambing, dan juga daging sapi masuk kelompok daging merah yang banyak mengandung lemak.
Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh.
Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita. Baik pembuluh darah otak, dan pembuluh darah jantung.
Selain lemak, daging kambing juga mengandung protein yang kita butuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.
“Jadi mengonsumsi daging tetap penting karena mengandung protein tinggi yang diperlukan tubuh. Hanya jangan berlebihan,” tuturnya. (*/lis)