News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

5 Tradisi yang Dilakukan Umat Hindu Saat Hari Raya Galungan di Bali

Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hari Raya Galungan 2020. Perayaan Galungan diadakan setiap 210 hari sekali yang dihitung berdasarkan wuku. Berikut 5 tradisi khas saat perayaan Galungan.

TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Galungan adalah perayaan besar bagi umat Hindu di Bali.

Hari Raya Galungan diadakan setiap 210 hari sekali yang dihitung berdasarkan wuku.

Dilansir dari Tribun Travel, berdasarkan kalender Pakuwon, Galungan berlangsung selama 10 hari.

Ini merupakan hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Biasanya umat Hindu di Bali sudah memulai persiapan tradisi Galungan sejak tiga hari sebelumnya.

Pada tahun ini, hari raya Galungan jatuh pada 19 Februari 2020 hingga 29 Februari 2020.

Dilansir dari Kompas.com, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, I Gede Pitana mengatakan, Hari Raya Galungan memiliki serangkaian upacara panjang.

Masyarakat umat Hindu di Bali biasanya memulai rangkaian acara galungan dngan membersihkan pura-pura di sekitar wilayah mereka.

Selanjutnya mereka biasanya akan melakukan sembahyang untuk menyucikan dan membersihkan diri.

Dilansir dari Kompas.com, hari raya Galungan tidak menghentikan aktivitas pariwisata di Bali.

Namun hanya akan terdapat sedikit perubahan waktu operasional.

Hal ini dikarenakan para masyarakat melakukan sembahyang di tempat peribadahan mereka terlebih dahulu.

Ternyata ada lima tradisi unik yang dilakukan umat Hindu di Bali saat perayaan hari Raya Galungan.

Baca: 3 Tips Liburan di Bali Saat Hari Raya Galungan

Baca: Fakta Unik Hari Raya Galungan di Bali, dari Upacara hingga Kuliner Khas

Dilansir dari Tribun Bali, berikut ini adalah 5 tradisi khas Galungan:

1. Memasang penjor

Penjor (Instagram @kusumajanur/@putuindraadityakurniawan)

Hari Raya Galungan biasanya ditandai dengan adanya penjor atau janur kuning yang dipasang di sepanjang jalan di daerah Bali.

Penjor terbuat dari batang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa, padi, dan kotak khusus untuk sesaji yang disebut canang.

Penjor merupakan gambaran sebuah lambang Bhatara Mahadewa yang beristana di Gunung Agung atau Bhatara Siwa.

Penjor ini nantinya akan ditancapkan di depan pintu masuk saat Penampahan sore agar saat Galungan masih dalam keadaan segar.

2. Tradisi Ngejot

Tradisi Ngejot (Tribun Bali)

Tradisi lainnya yang khas saat perayaan Galungan adalah Ngejot.

Ngejot merupakan kegiatan saling memberi atau berbagi pada orang lain.

Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai pada saat Galungan berlangsung.

Masyarakat biasanya membagikan berbagai hal, seperti buah, jajan, hingga olahan daging saat Penampahan.

Tradisi Ngejot dilakukan bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan antar umat Hindu.

3. Perang Jempana

Tradisi Perang Jempana (Tribun Bali)

Setiap perayaan Galungan, masyarakat umat Hindu di Bali juga melakukan perang Jempana.

Jempana atau tandu nantinya membawa usungan sesajen dan simbol dari dewata diarak ke pura untuk didoakan.

Keseruan ini bertambah saat para pengarak beradu ketika perjalanan menuju pengarakan Jempana ini.

Mereka larut dalam suasana trance dengan iringan gamelan yang mengentak ketika perjalanan.

4. Memotong Babi

Memotong Babi galungan

Biasanya satu hari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu akan merayakan Penampahan.

Saat Penampahan, umat Bali akan menyembelih hewan babi sebagai wujud syukur.

Menurut Wakil Ketua PDHI Bali Pinandita Ketuk Pasek Swastika, memotong babi saat Penampahan bermakna untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat manusia.

Daging babi tersebut tidak hanya dinikmati, tapi dihaturkan kepada Tuhan karena semua itu ciptaan Tuhan.

Ini merupakan rangkaian wajib saat Penampahan di setiap hari raya Galungan ini.

5. Tradisi Ngurek

Tradisi Ngurek (Instagram @balikami)

Ngurek juga merupakan satu tradisi yang khas dilakukan umat Hindu di Bali.

Ngurek berasal dari kata urek yang berarti melubangi atau menusuk.

Saat Ngurek, beberapa orang akan berada dalam kondisi kerasukan dan akan berusaha melukai dirinya sendiri.

Ngurek ini biasanya dilakukan dengan menggunakan senjata tajam, misalnya seperti keris suci yang disebut sebagai luk kesiman.

Selain 5 tradisi diatas, masih ada beberapa rangkaian tradisi lain yang akan dilakukan umat Hindu di Bali.

Umat Hindu melaksanakan persembahyangan Hari Raya Kuningan di Pura Sakenan, Denpasar, Sabtu (5/1/2019). Hari Raya Kuningan merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan yaitu perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan) yang diperingati dengan melakukan persembahyangan bersama di setiap pura di Bali. (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Baca: Fakta-Fakta Unik tentang Hari Raya Galungan: Ada Sugihan Jawa sebelum Perayaan hingga Manis Galungan

Baca: Bali United Ulang Tahun, Ini Harapan Teco

Pada saat perayaan Galungan, aktivitas masyarakat akan dipenuhi dengan kegiatan keagamaan seperti sembahyang di Pura.

Selain itu, biasanya desa-desa di Bali juga memiliki festival perayaan Galungan yang berbeda-beda.

Acara-acara festival di Bali ini dilakukan untuk kepentingan pariwisata di wikayah tersebut.

Setelah perayaan Galungan, masyarakat juga akan melakukan tradisi ngelawang, yaitu diberi percikan air tirta (air suci) sebagai lambang keselamatan.

Itu tadi adalah beberapa tradisi khas saat perayaan Galungan yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali.

(Tribunnews.com/Oktaviani Wahyu Widayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini