Menurutnya, situasi tersebut terjadi karena aktivitas masyarakat yang berulang-ulang dalam ruang sempit dan populasi yang tidak beragam.
Masyarakat pun, Drajat menambahkan, akhirnya merasa jenuh sehingga terdorong untuk keluar.
"Karena berulang, berputar-putar gitu kegiatannya di ruang yang sempit, dengan populasi yang tidak beragam, maka mengalami disenchantment."
"Disenchantment itu ketidakmenarikan dalam hubungan sosial atau kejenuhan sehingga mereka harus keluar," terangnya.
Baca: Menggunakan Masker, Kawasan Pakansari Mulai Dikunjungi Masyarakat untuk Berolahraga
Drajat menuturkan, masyarakat mulai melepaskan diri dari kejenuhannya dengan keluar rumah secara bertahap.
Awalnya, menurut Drajat, mereka akan melihat lingkungan sekitarnya.
Ketika masyarakat melihat rekan-rekannya mulai keluar rumah, mereka pun pelan-pelan akan ikut keluar.
"Ketika mereka keluar, ini kemudian mereka pergi ke tempat wisata, tempat belanja, nah biasanya dilakukan dengan bertahap."
"Pertama lihat orang dulu, 'loh orang-orang boleh, orang-orang bisa,' maka pelan-pelan mereka keluar terus lama-lama brul (masyarakat beramai-ramai keluar), ternyata mereka punya pemikiran yang sama," kata Drajat.
Tempat Wisata di Aceh Utara Mulai Ramai Pengunjung
Ramainya tempat wisata di masa pandemi yang belum berakhir satu di antaranya terlihat di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Padahal, secara resmi, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara belum membuka obyek wisata di wilayah tersebut.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, ramainya pengunjung tersebut tampak di kawasan obyek wisata Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (7/6/2020).
Ratusan orang mengunjungi obyek wisata yang terdiri dari berbagai macam kafe dengan panorama alam pegunungan itu.
Baca: Ini Protokol Lengkap Selama Masa Transisi PSBB Jakarta, Mulai dari Rumah hingga Tempat Wisata