Menurut Made Astra, sesuai keputusan bersama sanggar dan pengelola DTW Pura Luhur Uluwatu, pertunjukan tari kecak selama bulan November 2020 dibatasi hanya empat kali dalam seminggu, yaitu Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.
"Mudah-mudahan di bulan Desember nanti jika penambahan kasus baru Covid-19 melandai, kita akan gelar reguler setiap hari. Mulai pukul 18.00 sampai 19.00 Wita," ujarnya.
Made Astra mengatakan, pihaknya kembali membuka pentas tari kecak untuk umum pada 31 Oktober 2020 bertepatan dengan hari purnama.
Menurut pantauan Tribun Bali, yang menonton pertunjukan tari kecak dominan wisatawan nusantara yang memanfaatkan libur cuti bersama ke Pulau Dewata.
Safira asal Jakarta mengaku memanfaatkan libur panjang ini untuk liburan ke Bali.
"Sengaja liburan ke Bali dan ke Uluwatu ini buat nonton tari kecak. Suntuk di Jakarta beberapa bulan tidak bisa pergi liburan karena pandemi," kata Safira.
Kurang Bebas Berekspresi
Penari kecak dari Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma Desa Pecatu, Kadek Yuni Meilasari sangat senang bisa pentas lagi,
"Saya sudah ikut tari kecak sejak kelas 6 SD, jadi sudah benar-benar kegiatan rutin menari. Tapi setelah lulus kuliah sempat berhenti karena pandemi ini merasa sedih banget dan senang sekarang bisa ketemu teman-teman tari dan bisa beraktivitas seperti dulu lagi," ujar Yuni saat ditemui seusai mementaskan tari kecak.
Selama pandemi Covid-19, Yuni melanjutkan studi S2 sehingga fokus kuliah secara daring dan membuka usaha jajanan di rumah.
Yuni mengakui memakai pelindung wajah saat menari membuatnya tidak bebas berekspresi,
"Tidak sebebas dulu ya. Tidak terlalu bisa bebas berekspresi terhalang dengan face shield dan agak sedikit panas. Tapi ya kita lakukan saja demi keamanan kita semua," ungkapnya.
Sebelum pentas kemarin, Yuni latihan bersama rekannya sebanyak dua kali untuk meluweskan gerakan.
Tari kecak adalah jenis tarian Bali paling unik, Kecak tidak diiringi alat musik gamelan apapun, tetapi diiringi paduan suara 70 orang pria. Berasal dari jenis tari sakral "Sang Hyang".