Di bawah kekuasaan Romawi, Cappadocia dipertahankan sebagai ‘negara klien’ ketika Kaisar Tiberius mencaploknya pada tahun 17 sebelum masehi.
Setelah itu Cappadocia mengalami kontak dengan penganut agama Kristiani.
Masih dikutip dari Britannica, pada Alkitab Perjanjian Baru yaitu Kisah Para Rasul dituliskan jika orang Yahudi di Cappadocia berada di Yerusalem selama turunnya Roh Kudus pada Pentakosta .
Lalu pada abad ke 4 masehi terdapat tiga teolog yaitu Basil The Great, Gregory Nyssa, dan Greogry Nazianzus yang memberikan peran penting dalam pemikiran Kristen lewat tulisan yaitu tentang doktrin Trinitas.
Pada abad ke-5, Cappadocia dikuasai oleh Kekaisar Byzantium dan mengalami penyerangan hingga tahun 611.
Ibu kota Cappadocia yaitu Caesarea pun mengalami kerusakan akibat serangan dari pasukan Sasanian.
Negara Arab pun juga tidak luput untuk juga menyerang Cappadocia pada abad ke-7 dan berlanjut hingga abad ke-10.
Selama periode yang penuh ketidakstabilan tersebut, Cappadocia dipenuhi oleh gua serta terowongan yang mungkin dibangun atau diperluas dari bangunan yang sudah ada untuk digunakan sebagai tempat pengungsian.
Sayangnya, kapan persisnya bangunan tersebut dibangun sangat sulit ditentukan.
Hanya saja, Kekaisaran Byzantium harus kehilangan Cappadocia ketika datangnya pasukan dari Turki bernama Seljuq.
Kedatangannya membuat Kekaisaran Byzantium harus kalah pada Perang Manzikert pada tahun 1071.
Untuk saat ini, Cappadocia lebih dimanfaatkan oleh pemerintah Turki untuk dijadikan destinasi wisata yang mana di dalamnya terdapat kawasan Kayseri di daerah barat hingga Aksaray sepanjang 150 km.
Tempat yang paling sering dikunjungi wisatawan adalah situs bawah tanah bernama Derinkuyu dan Kaymakli.
Lalu ada juga Taman Nasional Goreme di mana terdapat beberapa gereja batu serta pemukiman kuno.
Bahkan UNESCO menjadikan Taman Nasional Goreme dan situs bebatuan di sekitarnya sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1985.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Travel/Muhammad Yurokha May)