TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kabar duka dari para netizen di Kota Semarang, Haji Sugijo alias Pak Gik, pemilik angkringan legendaris Pak Gik di Kota Semarang meninggal dunia dalam usia 74 tahun, Minggu (13/2/2022).
Kabar meninggalnya Pak Gik sontak membuat netizen di media sosial berduka.
Beragam ungkapan duka cita disampaikan netizen di grup komunitas mereka di Facebook dan juga Instagram.
Jenazah Pak Gik rencananya akan dikebumikan di TPU Bergota, Kota Semarang, pagi ini, Senin (21/2/2022) pukul 10.00 WIB.
Ucapan belasungkawa dari para pelanggan setia dan netizen pun mengalir di dunia maya.
Tak sedikit netizen yang melayat ke rumah duka yang beralamat di Jalan Karanganyar V, Gabahan, Kota Semarang.
Menurut anak kedua almarhum, Dwi Purwanto (51), ayahnya tiba-tiba demam dan muntah-muntah pada pagi hari.
“Badannya panas, diberi makan dan minum muntah.
Siang hari saat ambulans yang kami panggil datang, Bapak sudah tidak ada. Padahal sebelumnya selalu fit dan sering bepergian.
Kemarin-kemarin masih mengunjungi rumah-rumah anaknya,” ungkap Dwi di rumah duka.
Sejumlah kerabat dan tetangga berdatangan melayat, termasuk beberapa yang merupakan pelanggan setia.
Lantunan doa dan tadarus terdengar dari dalam rumah sederhana tersebut.
Dwi mengatakan almarhum ayahnya sudah tidak datang lagi ke angkringan sejak lima tahun terakhir ini.
“Bapak sempat mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah. Kemana-mana harus pakai kursi roda dan sejak saat itu jarang ke hik (angkringan),” imbuhnya.
Sejak memasuki usia lanjut, Pak Gik menyerahkan pengelolaan Angkringan Pak Gik Semarang kepada kedua anaknya hingga saat ini sejak tujuh tahun lalu.
Baca juga: Viral Bapak & Ibu Ajak 7 Anak Tinggal di Warung Angkringan, Ternyata Sudah 30 Kali Pindah Rumah Kos
“Saya akan terus melanjutkan usaha almarhum bapak,” tandasnya.
Angkringan atau warung sego kucing Pak Gik terletak di Jalan Inspeksi Gajah Mada, khusus buka malam hari hingga subuh.
Angkringan atau juga biasa disebut hik itu sangat sederhana. Warung tenda angkringan seperti biasa dan tidak terlalu besar.
Baca juga: 5 Hal yang Bikin Turis Kangen Liburan ke Jogja, dari Angkringan hingga Atraksi Seniman Jalanan
Hampir setiap hari saat belum pandemi, angkringan itu selalu dipenuhi pengunjung.
Sejumlah pengunjung tidak hanya menyantap menu tersebut di warung. Tak sedikit yang memilih membawa makanannya ke trotoar Jalan Gajahmada.
Kemudian menyantapnya sambil lesehan menikmati suasana malam di Semarang.
Menu yang tersaji nasi kucing dengan isian nasi pindang, nasi ati ampela, nasi rica ayam, nasi telur hingga nasi kering tempe yang dibungkus kertas.
Disebut nasi kucing lantaran porsinya yang relatif kecil dan sedikit, tidak jauh dengan porsi makan kucing.
Pilihan lauknya tumpah ruah tersaji di meja angkringan, jenis sangatlah beragam.
Mulai dari gorengan (bakwan, mendoan, tahu bakso), tempura, sosis, martabak telur, lunpia, pangsit dan bermacam sate yaitu sate bakso dan sate kerang.
Untuk nasi kucing dihargai Rp 2.500 per bungkus. Sedangkan lauk hampir semuanya hanya Rp 500.
Untuk minumnya juga seperti angkringan pada umumnya, yaitu teh, susu, kopi, jahe, jeruk dan sejumlah minuman sachet.
Saat memesan es teh, minuman sejuta umat itu hanya dihargai Rp 2.500.