Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Umumnya aktivitas pasar di kota-kota besar lain yang umumnya 'dikuasai' kendaraan bermotor saat aktivitas perdagangan sepeerti berbelanja atau pedagang yang akan berjualan, namun kondisi berbeda dirasakan di Pasar Gede Hardjonagaro Solo, Jawa Tengah.
Pasar tertua di kota Solo yakni kini telah berusia 92 tahun masih ditemukan aktivitas warga menggunakan becak kayuh di sekitar pasar.
Hadirnya becak kayuh yang turut menguatkan keotentikan Pasar Gede sebagai pasar tradisional dan tidak heran bila unsur historis kental terasa di Pasar yang didirikan pada masa Paku Buwono X oleh arsitek Belanda bernama Ir Thomas Karsetendan.
Selain itu Pasar Gede Kota Solo juga pernah mengalami beberapa kali kebakaran dan renovasi pada tahun 1948, 1998, dan 2000.
Renovasi terkahir yang di lakukan pada 2001, Pedagang Pasar Gede boyongan dari Pasar Darurat setelah kebakaran besar yang terakhir kali.
Baca juga: Ikut Open Trip, Begini Tips Agar Terhindar dari Jebakan Travel Agent Nakal
Hingga kini, Pasar Gede Solo ini tetap menjadi pusat perbelanjaan favorit di kota Solo selama masa pandemi.
Menurut Agus Suharto Kepala Pasar Gede Surakarta, becak merupakan salah satu moda transportasi yang digunakan dalam melakukan aktivitas ekonomi di Pasar Gede Solo.
“Ibu-ibu biasanya pergi ke pasar diantar becak. Atau pedagang membawa barang-barang dagangannya.
Hampir kegiatan ekonomi yang berlangsung di Pasar Gede Solo ini masih menggunakan becak,” kata Agus dalam keterangannya, Jumat (25/3/2022).
Turut Andil Promosikan Wisata Solo
Penggiat Seniman Kota Solo, Yeyen Wahyono menambahkan bahwa becak turut andil dalam mempromosikan wisata di Kota Solo, Jawa Tengah.
“Pasar Gede Solo praktis menjadi destinasi wisata karena letaknya yang berdekatan dengan Balaikota Solo dan Kelenteng Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie.
Adanya moda transportasi becak di Pasar Gede Solo ini membantu para wisatawan menikmati setiap sudut kota Solo ini secara perlahan dan santai,” ucap Yeyen.
Pengayuh Becak di Pasar Gede Solo, Bagong mengisahkan bahwa dirinya telah menekuni profesinya hingga puluhan tahun dan memiliki beragam pengalaman, baik suka maupun duka.
Baca juga: Ade Fitrie Kirana Kagumi Raeni, Anak Seorang Tukang Becak yang Peroleh Gelar Doktor di Inggris
“Saya senang bisa membantu orang lain pergi ke pasar, mengangkut barang-barang, dan mengajak wisatawan berkeliling di seputar Pasar Gede Solo ini.
Meskipun ada sedikit penurunan pendapatan di masa pandemi, saya tetap bersyukur tetap dapat mencukupi kebutuhan keluarga,” tegas Bagong.
Melihat bahwa becak kayuh mendukung ekonomi dan pariwisata di Pasar Gede Solo, maka Nippon Paint melalui serangkaian program CSR Warnai Kehidupan #ColouringLives bagi pengayuh becak yang terdampak pandemi di Pasar Gede, Solo.
“Kami melakukan pengecatan pada 77 becak di Pasar Gede, Solo agar tampilan becak menjadi lebih menarik, bersih, dan layak digunakan.
Perusahaan cat ini memberikan 184 liter berwarna merah dan putih.
"Diharapkan warna merah-putih ini dapat mewakili semangat para pengayuh becak untuk tetap berkarya dan berkontribusi terhadap ekonomi dan pariwisata di Pasar Gede Solo dan sekitarnya,” ungkap Topan Wijaksono, Area Sales Manager Nippon Paint Indonesia.
Agus Suharto mengatakan, peran perusahaan cat mewarnai suasana di Pasar Gede Solo karena becak-becak yang tadinya kusam kini lebih berwarna dan terlihat ikonik dengan warna merah dan putih.
Yeyen pun menimpali warna merah dan putih melambangkan keberanian dan ketulusan ini semakin menguatkan becak sebagai bagian dari budaya dan ekonomi.
Ia mengingatkan kepada para pihak lain untuk berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan karena becak merupakan salah satu kendaraan yang ramah lingkungan.