News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil Gunung Rinjani, Salah Satu Gunung Tertinggi di Indonesia yang Jadi Seven Summit Indonesia

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Rinjani - Berikut ini profil singkat dan sejarah pengelolaan Gunung Rinjani yang terletak di Lombok

TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil Gunung Rinjani yang menjadi salah satu Seven Summit di Indonesia.

Gunung dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini sangat populer di kalangan pendaki gunung.

Terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Gunung Rinjani jadi salah satu destinasi wisata yang jadi jantung pariwisata penduduk sekitar.

Mengutip Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Gunung Rinjani juga dikenal sebagai bagian penting dari Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang merupakan daerah dengan aktivitas vulkanik dan letusan yang sering terjadi.

Sejarah letusan Gunung Rinjani dimulai sejak tahun 1847 hingga 2004.

Dalam masa tersebut, Gunung Rinjani telah meletus sembilan kali yang berkisar di bagian dalam kaldera.

Baca juga: 7 Gunung Tertinggi atau Seven Summit Indonesia, Bukit Raya hingga Carstensz Pyramid

Sedangkan kawah Gunung Rinjani belum pernah tercatat letusan.

Bagi sebagian orang, mendaki Gunung Rinjani dianggap sebagai salah satu rute pendakian terbaik di Asia Tenggara.

Salah satu rute yang terbaik yakni melalui Sebalun Lawang dan pendakian biasanya berlangsung selama dua hari.

Ada rute satu lagi, yakni via desa Senaru.

Jika ingin muncak, diperkirakan menempuh waktu tiga atau empat hari.

Sejarah Pengelolaan

Taman Nasional Gunung Rinjani awalnya kawasan Suaka Marga Satwa yang ditetapkan Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1941.

Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Saatblaat Nomor 77 Tanggal 12 Maret 1941 yang merupakan bagian dari Kelompok Hutan Rinjani (RTK.1) yang ditetapkan oleh Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 9 september 1929.

Lalu pada tahun 1990 diumumkan menjadi Taman Nasional Gunung Rinjani melalui Surat Pernyataan Menteri Kehutanan No. 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 maret 1990 pada acara Puncak Pekan Konservasi Alam Nasional ke-3 di Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: 7 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa atau Seven Summit of Java

Rinjani National Park (rinjaninationalpark.com)

Mengutip rinjaninationalpark.id, Pada tahun 1997 ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan Surat Keputusan Menhut No. 280/Kpts-VI/1997 tanggal 23 mei 1997 kemudian melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.298/Menhut-II/2005 tanggal 3 Agustus 2005 ditetapkan sebagai Taman Nasional.

Di tahun 2007 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani m dalam tipe B.

Taman Nasional Gunung Rinjani pun terbagi menjadi dua wilayah pengelolaan, yakni:

1. Seksi Konservasi Wilayah I Lombok Barat

2. Seksi Konservasi Wilayah II Lombok Timur

Mengutip Kompas.com, ada beberapa fakta menarik dari Gunung Rinjani.

Gunung Rinjani dalam kosmologi masyarakat setempat dianggap sebagai pusat dari semesta tata ruang.

Purnipah sebagai salah seorang pemangku adat di Desa Sembalun Bumbung mengatakan bahwa Rinjani adalah pelindung Pulau Lombok, dan Segara Anak adalah penyimpanan air Lombok.

Sebelum mendaki, para pendaki harus mematuhi aturan adat yang berlaku.

Pendaki dilarang menyebutkan nama hewan yang tidak hidup di gunung, seperti dedupak (kerbau), cecakar (ayam), dan jojak lendang (kambing).

Di area sekitaran Taman Nasional Gunung Rinjani juga terdapat sekitar 500 spesies tanaman endemik.

Selain itu, Gunung Rinjani juga punya salah satu danau vulkanik terbesar di dunia.

Danau tersebut adalah Segara Anak yang berada di ketinggian 2.003 mdpl.

Suhu air permukaan Danau Segara Anak berkisar 20-22 derajat celcius.

(Tribunnews.com, Renald)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini