Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, ALOR - Dugong atau duyung merupakan mamalia laut yang dilindungi dan populasinya sangat terbatas di dunia.
Di Indonesia hanya ada di 3 daerah habitat dugong.
Salah satunya ada di Kepulauan Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di Teluk Kabola, Pantai Mali.
Disini objek wisata pengamatan dugong dikelola oleh One Simusla, seorang perintis konservasi yang sudah beberapa tahun terakhir ini membuka objek wisata pengamatan dugong di Teluk Kabola.
Baca juga: Cerita Pertemuan One dengan Dugong Mawar Hingga Buka Objek Wisata Pengamatan Dugong di Teluk Kabola
Karena dikhususkan untuk pengamatan dugong, maka wisatawan tidak diperbolehkan untuk menyentuh atau memegang dugong.
Kawasan ini juga tidak boleh digunakan untuk menyelam (diving) ataupun snorkeling.
Wisatawan juga tidak boleh membuang sampah di kawasan ini.
Untuk mengamati aktivitas dugong di Selat Kabola, wisatawan dapat menempuh perjalanan dari Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, NTT menuju ke Pantai Mali.
Sesampainya di Pantai Mali, kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar, wisatawan harus menumpang perahu bermotor untuk dibawa menuju perairan Teluk Kabola yang ditempuh dengan waktu sekitar 5 sampai 10 menit.
Sementara durasi pengamatan dugong dari pinggir Pantai Mali sampai dengan selesai sekitar 30 menit.
Satu perahu bisa ditumpangi sampai dengan 5 orang dengan tarif Rp 100.000 per orang untuk wisatawan lokal.
Tarif wisatawan di luar Alor Rp 150 ribu per orang.
Sedangkan untuk wisatawan mancanegara tarifnya Rp 200.000 per orang.
Baca juga: 9 Fakta Ikan Duyung alias Dugong, Hewan Mamalia yang Hidup di Perairan Tropis hingga Sub Tropis
Sesampainya di tengah laut, biasanya dugong Mawar akan muncul.
Namun terkadang Dugong Mawar juga tak selalu muncul ke permukaan laut.
Biasanya One, pemandu atau nelayan yang mengemudikan perahu akan 'memancing' kemunculan Mawar dengan cara memanggil namanya, 'Mawar, Mawar'.
Di sinilah dugong Mawar kemudian akan menampakkan dirinya dengan mendekati perahu dan terkadang menyemburkan air laut.
Dugong akan mengelilingi perahu selama beberapa menit untuk kemudian kembali ke dalam laut.
Saat kemunculan dugong inilah wisatawan dapat mendokumentasikannya.
Namun harus dengan hati-hati karena ombak di laut tergolong kencang.
Wisawatan tetap harus memperhatikan keselamatannya.
Begitupun dengan peralatan kamera maupun ponsel agar tidak terjatuh ke dalam laut.
Menurut One, dugong Mawar sudah terbiasa dan mengenali suara mesin perahu.
Sehingga dia akan muncul ke permukaan untuk menunjukkan dirinya jika mendengar suara mesin perahu.
"Kalau agak lamban, saya ngomong ke dia (duyung), eh kamu Mawar datang, ya saya pakai naluri," kata One yang mengaku belajar dari karakter duyung.
Baca juga: Dugong Dinyatakan Punah Secara Fungsional di Perairan China
One sudah mengenal Dugong Mawar sejak tahun 1999 lalu, saat sedang melakukan konservasi penanaman mangrove di Pulau Sikka.
Hingga pada tahun 2013 ketika Yayasan WWF Indonesia hadir di Alor, One kemudian bermitra dengan WWF.
Kemudian pada tahun 2017, One mengikuti workshop mengenai dugong di Bogor yang difasilitasi oleh Yayasan WWF Indonesia.
Dari situlah sepulangnya workshop, One mulai menjual objek wisata pengamatan dugong di Teluk Kabola.
Saat itu dia tidak tahu bahwa dugong yang ditemukannya berjenis kelamin jantan.
Ikan duyung itu telanjur diberinya nama Mawar dan hingga saat ini masih dipanggil Mawar.
Indahnya Pemandangan di Teluk Kabola
Sambil menunggu kemunculan Dugong Mawar, wisatawan dapat sekaligus menikmati indahnya Teluk Kabola dan juga Pulau Sika.
Birunya laut di Teluk Kabola menjadi pemandangan menakjubkan selama menikmati perjalanan menuju ke tengah laut untuk melakukan pengamatan dugong.
Adapun waktu yang paling tepat untuk mengamati dugong ini adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 hingga siang hari.
Sebab kondisi gelombang tidak terlalu kencang dan cuaca cerah menjadi daya tarik sendiri untuk menikmati keindahan laut.
Jernih dan birunya air laut di Teluk Kabola hingga membuat wisatawan betah berlama-lama di tengah laut.
Meski terkadang ombak di Teluk Kabola cukup besar, hal itu tak mengurangi sensasi berlayar dan menikmati keindahan laut sembari menunggu kemunculan Dugong Mawar.
Karakteristik Dugong
Menurut One, Dugong Mawar kini menginjak usia 28 tahun.
Mawar memiliki pasangan betina yang dia beri nama Melati.
Mamalia ini juga memiliki anak berjenis kelamin jantan bernama Siska.
Anak Dugong Mawar yang bernama Siska harus diasuh dulu agar terbiasa sehingga nantinya bisa juga dilihat oleh wisatawan.
Jika diurus dengan baik, dugong akan bisa bertahan hidup hingga usia 60 tahunan.
Mengenal Dugong
Dikutip dari Wikipedia, Duyung atau dugong adalah sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu anggota Sirenia atau sapi laut.
Dugong masih bertahan hidup selain manatee dan mampu mencapai usia 22 sampai 25 tahun.
Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah.
Ikan duyung ini merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku Dugongidae.
Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia.
Duyung adalah satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu.
Duyung sangat bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, sehingga penyebaran hewan ini terbatas pada kawasan pantai tempat ia dilahirkan.
Hewan ini membutuhkan kawasan jelajah yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau.
Moncong hewan ini menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang tumbuh di dasar perairan.