News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Revolusi Mental Butuh "Tobat"

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla meninggalkan Masjid Baiturrahim usai melakukan ibadah salat Jumat, di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2014). Ibadah salat Jumat ini merupakan yang perdana bagi pasangan Jokowi-JK setelah dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober lalu. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

Menjalankan sendi-sendi penghormatan atas Kebhinekaan adalah tugas peradaban yang mulia dan melekat pada napas wibawa warga negara yang ingin negara bangsa digdaya selama lamanya.

Dorongan untuk menerjemahkan laku tindak yang ksatria tentang hatimu hatiku satu untuk Indonesia dapat menepis kotak-kotak perbedaan atas nama suku agama ras antar golongan menjadi pelapis sekaligus benteng pertahanan beraroma kesatuan TAUHID atau Tanah Air Udara Harmoni Indonesia Digdaya.

Cara pandang yang saling menumbuhkan antar potensi daratan lautan dan kedirgantaraan dapat dimulai dengan menghindari pendekatan ekstrimitas sektoral.

Benar dan tergambar dengan arif maksud kalimat Tanah Air pada atribut negara bangsa kita adalah satu tarikan napas dengan udara.

Tidak ada hasrat memenggal komponen sunnatullah yang terbilang satu dan menyatukan. Kita mengayun budaya agraria dengan tanah sebagai sumberdaya karena faktanya ruang kontinental itu adalah titipan Ilahi untuk diabdikan pada ibu pertiwi dengan kata lain kebijakan daratan yang ditempuh selama diatas norma dasar tadi adalah keniscayaan.

Persoalan rentetan kebijakan tentang pembangunan yang menekankan olah pikir olah tindak dan olah terap berbobot daratan dapat dipahami belum mengajak potensi sumber daya laut dalam pengayunan optimalisasi.

Namun dari pentahapan tidak ada satupun orde pembangunan yang telah berlangsung menafikan kekuatan maritim sebagai bagian integral bangsa ini . Kita bersepakat dan bersetuju tidak ada satupun cara  perolehan masa depan yang bertumpu pada bloking aras potensi penggalan, melainkan kesatuan.

Di laut kita tidak hanya melainkan jaya tetapi harus digdaya. Pencapaian Penguasaan Armada Majapahit Sriwijaya Perahu Phinisi dan olah tarung larung renung cermat pelaut kita juga menyisakan warisan kultur rentan persatuan akibat nirpungkas menyemangati wasiat Gajah Mada " Anwanten Raja Karya Bulibni Kanang Darya Baur Ya Pramada * (duli paduka Hayam Wuruk Keutuhan Nusantara Dibawah Majapahit Raya harus dijaga dengan semangat persatuan dalam perbedaan, perbedaan dalam persatuan).

Dengan harapan yang sama, kita bersuka cita Pembangunan Dunia Maritim beroleh politikal will yang tone-nya luar biasa.

Kebijakan Kedirgantaraan yang Operasionable mengungkit kesadaran pentingnya olah jaga ruang angkasa dengan segenap sumber daya tidak boleh terlupakan mengingat perang dunia maya dan perang asimetris juga ada di depan mata.

Pengelolaan Pangan Energi Yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan 250 juta penghuni NKRI membutuhkan perhatian serius urusan daratan. Tidak ada kata luput untuk menyambut Indonesia Digdaya dapat dimulai dengan Tenggangrasa -Orang-lain-Empati -Rukun-Akur -Nilai Sejati Indonesia disingkat TOLERANSI dengankemampuan Olahbudipekerti Ahklak Terpuji atau OBAT yang menjadi satu permufakatan dashyat yaitu TOBAT adalah basis memulai Revolusi Mental'

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini