TRIBUNNEWS.COM - Musisi dan karya anak bangsa kembali mendapatkan pengakuan di luar negeri.
Komposisi musik klasik hasil kreasi Setyawan Jayantoro, yang dikenal sebagai soloist violin sekaligus, komposer dan juga Dosen di Institut Seni Yogyakarta (ISI) ini akan dimainkan dalam suatu pagelaran yang dinamakan “Konser Munch og Mozart“.
Komposisi musik dengan judul “Ekstensya for String Orchestra” ini akan dimainkan oleh musisi-musisi Norwegia yang merupakan bagian dari Norwegian Academy of Music di Oslo, Norwegia.
Partisipasi Setyawan Jayantoro dalam konser tersebut adalah atas undangan dari Professor Terje Moe Hansen, seorang violis dan juga Professor biola ternama dunia yang telah menghasilkan berbagai karya, metode biola dan juga violis-violis profesional Norwegia.
Selain Norwegian Academy of Music di Oslo, Professor Terje juga secara rutin mengajar di Universitas dan Akademi Musik di dunia seperti Michigan State University, Guildhall School of Music,the Music Conservatoriesdi Copenhagen, Amsterdam dan Den Haag, dan lainnya.
Konser Munch og Mozart juga merupakan perayaan kiprah Professor Terje selama 30 tahun di dunia musik.
Kerja sama antara kedua musisi ini bukan yang pertama kalinya.
Pada tahun 2014, Toro (panggilan akrab Setyawan Jayantoro) yang juga adalah perintis kelompok musik Ekstensya di Yogyakarta, bekerja sama dengan Professor Terje mengadakan proyek Ekstensya String Music Camp yang diikuti oleh sejumlah musisi alat musik gesek yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia.
Music camp tersebut diakhiri dengan sebuah konser musik klasik yang bertempat di Candi Sukuh, Jawa Tengah yang dibawakan oleh seluruh peserta, juga Toro dan Professor Terje.
“Secara umum saya pikir musik klasik di Indonesia masih menempel dengan berbagai praduga yang kurang tepat. Di kalangan generasi muda, musik klasik dianggap eksklusif, musik yang rumit, sulit dicerna, membosankan, musiknya orang tua dan berbagai anggapan lainnya. Berdasar praduga seperti itulah maka fitrah dan eksistensi musik klasik sebagai seni dan juga sebagai sarana pendidikan dan pengembangan diri masih jarang di Indonesia,”ucap Toro mengenai keberadaan musik klasik di Indonesia.
Oleh sebab itu, komposisi yang akan dimainkan merupakan karya yang dibuat berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi Toro terhadap apreasiasi masyarakat Indonesia terhadap musik klasik.
“Konsep gaya yang saya tanamkan dalam komposisi ini secara khusus diorientasikan untuk merepresentasikan semangat jiwa-jiwa muda yang selalu ingin bergerak progresif, terus belajar, saling menghargai, dan bersinergi. Saya menginginkan musik tidak hanya menjadi hiburan semata, akan tetapi menjadi suatu media pendidikan,” lanjut Toro.
Konser Munch og Mozart persembahan Professor Terje Moe Hansen ini akan diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 13 November 2015 mendatang di Aula Universitas Oslo, Norwegia.
Selain komposisi ciptaan Setyawan Jayantoro, konser tersebut juga akan menampilkan pertunjukkan Gregory Maytan dari Amerika Serikat dan Pieter van Loenen dari Belanda. Konser ini juga akan dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Norwegia di Oslo, Yuwono A. Putranto.
“KBRI Oslo sejak awal mendukung rencana Toro untuk tampil dalam konser tersebut, karena hal ini merupakan bagian dari kerja sama bilateral yang erat antara RI dan Norwegia, khususnya dalam diplomasi kebudayaan. Lebih khusus lagi, kehadiran Toro sebagai komposer musik klasik merupakan bukti bahwa musisi muda Indonesia mempunyai kemampuan untuk pentas di panggung dunia,” ucap Dubes Yuwono.
Dubes Yuwono juga mengajak masyarakat Indonesia di Norwegia, khususnya yang tinggal di Oslo dan sekitarnya untuk ikut mendukung dan menyukseskan kiprah luar biasa Toro di Oslo ini.
Ditulis oleh Dilla Trianti Ramadhani, KBRI Oslo