News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Natal 2024

Natal : Kabar Baik di Tengah Kegalauan 

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

 Makmur  Sianipar,  Ketua Umum  Perkumpulan Masyarakat  Teolog Indonesia (PEMASTI), dan Direktur  Research  Institute  for  Ethical Business and Political Leadership  Development (Rebuild)

Oleh : Makmur  Sianipar,  Ketua Umum  Perkumpulan Masyarakat  Teolog Indonesia (PEMASTI), dan Direktur  Research  Institute  for  Ethical Business and Political Leadership  Development (Rebuild)

 

ADA malam yang dingin di Betlehem, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Langit tampak biasa saja bagi sebagian besar orang; gelap, sunyi, dan tanpa kejutan. Tetapi di pinggiran kota kecil itu, di antara aroma jerami dan suara napas ternak, seorang ibu muda melahirkan seorang bayi di sebuah kandang. Dunia terus berjalan seolah-olah tidak ada yang istimewa. Penguasa di Roma tidak tahu.

Para imam besar di Yerusalem tidak peduli. Tetapi, di padang sepi, sekelompok gembala yang terlupakan mendengar kabar itu lebih dulu.  

"Jangan takut," kata malaikat itu kepada mereka. Jangan takut, di tengah kemiskinan kalian, di tengah penindasan Romawi, di tengah malam yang panjang dan dingin. "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat."  

Kisah itu selalu terasa akrab, lebih sebagai puisi daripada sejarah, lebih sebagai harapan daripada catatan faktual. Ya..,  laksana  dongeng yang dibacakan untuk mengantar tidur dan mengusir   dinginnya malam. Tetapi seperti setiap puisi yang baik, ia menggema ke dalam realitas kita. Dunia hari ini tidak jauh berbeda dari Betlehem waktu itu.  

Kita hidup dalam masa di mana suara-suara ketakutan lebih keras daripada suara malaikat. Di Gaza, bom meledak, menghancurkan rumah dan kehidupan. Di Ukraina, salju pertama tahun ini tidak membawa damai, tetapi deru tank dan misil. Di tempat lain, di gang-gang sempit kota besar, keluarga miskin menggigil dalam kegelapan, memikirkan bagaimana caranya makan esok hari. 

Baca juga: Kumpulan Ide Kado Natal 2024 untuk Keluarga, Pasangan, Teman, dan Anak

Kemiskinan dan kekerasan bukanlah kisah baru; mereka adalah latar tetap dari sejarah manusia.  Seperti kata Yesus, “orang miskin selalu ada padamu”  (Matius 26:11). 

Namun, Natal adalah kisah tentang Tuhan yang memilih untuk hadir justru di tengah kehancuran dan  ketakutan itu. Ia tidak lahir di istana, tetapi di kandang. Ia tidak menyapa raja-raja terlebih dahulu, tetapi gembala, orang-orang yang tahu rasanya dilupakan. Pesan Natal selalu kontradiktif: kabar baik untuk yang miskin, sukacita di tengah penderitaan.  

Dan sekarang, di tahun 2024, bagaimana kita membawa pesan itu kepada dunia yang sedang remuk?  

Betlehem Hari Ini

Jika kita melihat ke dunia modern, Betlehem bukanlah kota terpencil yang sederhana. Ia menjadi saksi perpecahan, tempat konflik antara dua bangsa yang saling bertikai.

Tetapi simbolisme Betlehem tetap hidup: ia adalah gambaran tempat di mana Tuhan memilih untuk hadir dalam bentuk yang paling rapuh, paling sederhana, paling nyata.  

Kelahiran Yesus terjadi di tengah tekanan kekaisaran Romawi, dengan pajak yang menindas, ketidakadilan sosial, dan jurang yang lebar antara kaya dan miskin. Pada waktu itu, rakyat kecil seperti Yusuf dan Maria harus tunduk pada kehendak penguasa.  Bahkan perjalanan mereka ke Betlehem adalah hasil dari kebijakan sensus untuk mengamankan pajak bagi Roma.  

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini