TRIBUNNERS - Mendengar kata kelir mungkin memang masih asing ditelinga kita yang tidak begitu paham dengan budaya jawa, khusunya wayang.
Jika anda mengenal betul peralatan dan segala hal yang diperlukan didalam pementasan wayang mungkin anda sudah paham apa yang dimaksud dengan kelir.
Kelir dalam kaitannya dengan pagelaran wayang adalah sebuah layar berwarna putih berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 2 hingga 12 meter dan lebar 1,5 hingga 2,5 meter.
Namun pada perkembanganya ada yang membuat kelir dengan bentuk setengah lingkaran. Sedangkan dalam istilah pedalangan, definisi kelir lebih menunjuk kepada layar tempat memainkan boneka wayang.
Sebagai media yang digunakan dalam pementasan wayang, bayangan wayang yang diitangkap oleh kelir itulah yang ditonton para pecinta wayang.
Dalam kaitannya dengan apa yang hendak saya tulis mengenai perbedaan tontonan anak jaman sekarang dan tontonan anak jaman dahulu, peran televisi yaitu sebagai kelir zaman.
Jika dalam dunia pewayangan yang menjadi media itu sebuah kelir, didalam dunia nyata yang kita hadapi ini televisilah yang berperan sebagai media dalam berbagai tontonan yang bebas dinikmati oleh semua kalangan.
Kelir zaman ini mempunyai arti bahwa segala tontonan, informasi, film, berita dari dalam negeri maupun dari luar negeri dapat kita peroleh melalui televisi.
Baik buruknya kualitas tontonan yang ditayangkan televisi juga patut menjadi sorotan yang perlu diperbaiki. Karena disadari atau tidak, anak-anak akan meniru perilaku, pembicaraan, dari apa yang mereka tonton.
Dapat kita bayangkan jika sebenarnya moral anak dapat terbentuk melalui sebuah film kegemaran mereka, moral yang bagaimana itu tergantung kepada kualitas tontonan yang disuguhkan.
Menurut saya sebagai generasi 90-an, sangat terlihat jelas bagaimana perbedaan tontonan anak-anak jaman sekarang dan tontonan anak-anak pada jaman dahulu.
Pada kala itu, tontonan yang menjadi trending topic dikalangan anak usia sekolah dasar yaitu si unyil, dan juga kartun anak (Doraemon, Shincan, Power Rangers, Conan, Dragon Ball, dll), berbeda sekali dengan tayangan televisi sekarang yang dipenuhi oleh ftv, drama, sinetron, dan acara-acara reality show lainnya.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa banyak film yang ditayangkan dan ditonton oleh anak-anak mengandung unsur yang sebenarnya tidak layak untuk ditonton anak usia Sekolah Dasar (SD).
Sebagai contoh, telah banyak fakta yang terjadi bahwa sudah ada korban meninggal akibat kekerasan yang dilakukan oleh anak usia SD kepada teman sekelasnya.
Ini merupakan dampak akibat mereka menirukan idola mereka ketika sedang bertarung (berkelahi).
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan dan pendampingan orangtua kepada anaknya ketika sedang menonton televisi.
Tanpa kita sadari, tontonan televisi akan berpengaruh pada perilaku anak. Memang di Negara Indonesia kita ini belum ada penelitian mengenai dampak televisi terhadap perilaku anak, namun jika kita amati jelas sudah bahwa ini juga mempengaruhi. Berikut dampak yang dapat terjadi akibat tayangan kekerasan dan juga dampak negatif televisi terhadap perilaku anak:
Tertarik menirukan adegan perkelahian
Banyak kasus yang telah menjelaskan bahwa anak akan lebih tertarik kepada apa saja yang dilakukan oleh idola mereka.
Jika apa yang mereka tonton mengandung unsur kekerasan, maka sedikit demi sedikit gerakan-gerakan perkelahian yang dilakukan oleh idola mereka akan terekam diotak anak-anak.
Peran orangtua sangatlah penting untuk dapat mengarahkan anak-anak mereka kepada kegiatan yang positif, contohnya dengan mendaftarkan anak untuk mengikuti kegiatan pencak silat, taekwondo, maupun tapak suci yang ada disekolahnya maupun diluar sekolahnya. Tentunya ini akan semakin menggali potensi anak-anak.
Cenderung antisosial
Terlalu lama didepan televisi membuat anak-anak malas untuk melakukan kegiatan lainnya. Jika ini dibiarkan terus-menerus, kebiasaan buruk ini akan mengakibatkan anak memiliki sikap antisosial. Jarang bergaul, dan melakukan kontak sosial dengan lingkungan sekitar membuat anak kesulitan dalam berinteraksi dengan teman seusianya.Mendorong anak
Menjadi konsumtif
Didalam tayangan televisi tidak hanya kita temui acara-acara seperti sinetron, drama, dan film. Namun didalam dunia pertelevisian iklan juga sangat sering menghiasi layar televisi anda, mulai dari iklan berbagai jasa, produk, elektronik, mainan, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya anak memiliki sifat ketertarikan yang cukup tinggi, sifat konsumtif yang ada pada diri anak ini akan semakin meningkat ketika mereka melihat barang yang dirasa menarik.
Sebagai generasi muda yang perduli dan sangat prihatin dengan keadaan moral yang terjadi saat ini, sebenarnya dampak negatif dari menonton televisi ini dapat kita minimalisir.
Lagi-lagi peran orangtua dan keluarga yang sangat berperan penting. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama lebih memperhatikan tontonan yang dikonsumsi anak-anak kita sehapanjang hari. Berikanlah pengarahan yang tepat, agar dampak negatif yang dapat terjadi dapat kita minimalisir.