Ditulis oleh : Prospertki KSA
TRIBUNNERS - Keberadaan Perwakilan RI di luar negeri seperti halnya KBRI dan KJRI, sudah sepatutnya memberikan pelayanan, perlindungan, dan solusi terhadap WNI, sebagaimana visi misi yang telah ditetapkan Kementerian Luar Negeri dan sejalan dengan intruksi Presiden Joko Widodo.
Sangat disayangkan, bila kehadiran negara ditengah-tengah WNI luar negeri khususnya TKI, bukannya memberikan solusi melainkan membuat TKI menangis sebagaimana yang dialami Ardjo Suana TKI asal Yogyakarta yang bekerja di kota Makkah.
Pada Rabu (09/03/2016) siang, salah satu relawan Posko Perjuangan TKI (POSPERTKI) bernama Noto, menghampiri Ardjo yang sedang kebingungan dan menangis di depan KJRI Jeddah. Noto pun mencoba menanyakan permasalahan yang dialami Ardjo dan menjadi sedemikian rupa.
Ardjo Suana TKI yang berstatus legal menceritakan kronologisnya kepada Noto yang membuatnya kebingungan dan menangis.
"Istri saya baru meninggal beberapa hari lalu, dan kami mempunyai seorang anak bernama Shafa Noor Ardja umur 3 tahun. Saya datang ke KJRI Jeddah untuk meminta bantuan dan solusi, agar anak saya bisa dipulangkan bersama saya secara resmi. Tetapi saat saya dipertemukan dengan salah satu staf KJRI Jeddah, beliau menyuruh agar anaknya dibawa ke Tarhil Shumaysia (pusat deportasi)," ujar Ardjo.
Dengan arahan seperti itu, membuat Ardjo Suana putus asa dan menangis saat keluar dari KJRI Jeddah dengan wajah kebingungan serta berpikir, kepada siapa lagi harus meminta bantuan.
Ardjo sendiri tidak sampai hati merelakan anaknya yang masih berumur 3 tahun bila harus dipulangkan dengan cara masuk ke Tarhil Shumaysi.
"Saya memulangkan anak, disebabkan mendapat tegoran dari tempat kerja karena selalu membawa anak saat bekerja. Tidak mungkin saya tinggalkan anak sendirian dirumah saat bekerja," ujarnya.
Pascamendengarkan cerita permasalahannya, Noto membawa Ardjo Suana bersama anaknya menemui pengurus POSPERTKI Saudi Arabia.
Ardjo-pun saat bertemu pengurus POSPERTKI Saudi Arabia menceritakan hal yang sama perihal permasalahannya.
Dalam pengaduan tambahannya, Ardjo mengungkapkan bahwa istrinya sebelum meninggal sedang proses pemulangan melalui calo.
Tetapi hingga beliau meninggal karena penyakit kanker, calo tersebut membohonginya dengan tidak memproses kepulangannya.
Pada dasarnya, Shafa Noor bisa dipulangkan melalui jalur depan bersama ayahnya yang berstatus resmi.
Tetapi untuk prosesnya, Shafa tetap akan dibawa ke Tarhil Shumaysi hanya untuk proses sidik jari demi mendapatkan exit.
Setelah mendapatkan exit, Shafa sudah bisa dipulangkan bersama ayahnya secara resmi dengan jalur depan.
"POSPERTKI akan berkoordinasi dengan pimpinan KJRI Jeddah, insyaAllah akan diberikan bantuan,” ujar Ramida Muhammad Ketua Umum POSPERTKI Saudi Arabia.