Shin Tae-yong, Kluivert, dan Timnas Indonesia: Too Good To Be True atau To Bad To Be True?
Oleh Rio Chaniado
Pemerhati Sepak Bola
SEBUAH informasi pada dasarnya punya dua prinsip utama., prinsip too good to be true dan too bad to be true.
Prinsip yang berlaku jamak. Ketika kita mendapat narasi yang begitu indah tentang sesuatu, maka hal yang pertama yang patut muncul adalah curiga.
Pun halnya narasi yang terlalu buruk yang lebih baik direspons secara kritis.
Berbicara urusan sepak bola pun sama.
Saat ada narasi yang terlalu buruk tentang bahasan yang debatable, seperti pergantian pelatih timnas Indonesia, kita patut kritis sekaligus curiga.
Memiliki persepsi positif atau negatif atas pergantian pelatih dari Shin Tae Yong ke Patrick Kluivert pun sah-sah saja. Sebagai sebuah persepsi awal, pencinta bola berhak berprasangka. Berprasangka bahwa kebijakan ini keliru atau sebaliknya.
Tapi memvonis kebijakan merekrut Kluivert benar atau salah rasanya terlalu dini dan tak adil.
Sebab sepak bola tidak ditentukan oleh opini ataupun persepsi dari layar kaca. Tapi sepak bola ditentukan hasil di atas lapangan.
Mari kita mengkaji secara kritis dan objektif soal pergantian pelatih timnas Indonesia ini. Sejumlah fakta bisa dijadikan acuan awal.
Fakta pertama adalah posisi timnas yang kini berada di peringkat tiga kualifikasi Piala Dunia.
Sebagai catatan dua peringkat teratas di klasemen akhir akan langsung lolos ke Piala Dunia 2026. Sedangkan peringkat tiga dan empat akan maju ke babak keempat.
Fakta kedua adalah soal konflik yang terjadi antara pemain dan pelatih. Yang jadi fakta adalah konflik Shin Tae Yong dan Elkan Bagott dan Stefano Lilipaly.