News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Taktik 4G Watak LTE

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Klinik Pancasila memberikan Ceramah Tentang Strategi Melumpuhkan ANFIL (Ancaman Non Fisik Intensif Langsung) Bercorak NONSTOP (Narkoba, Obat Terlarang, Nikotin, SARA, Terorisme, Onar, Pornografi) Melalui Gerakan Estafet Nasional Cipta Amal Rutin Pancasila (Gencar Pancasila Kepada 237 Pasis Reguler Angkatan 54 Seskoad Bandung 10 Maret 2016.

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

TRIBUNNEWS.COM - 4G-LTE adalah program penggalangan dan pembangunan komunitas anak bangsa yang berorientasi pada penyiapan dan pengembangan generasi muda Indonesia untuk mampu berkiprah dalam era globalisasi dan berperan aktif dalam pembangunan serta peningkatan ketahanan nasional.

Program ini bergerak dalam pembangunan komunitas dan pelatihan kompetensi mental untuk mengembangkan generasi muda yang siap secara mental intellectual (kecerdasan mental), mental adversary(daya juang mental), mental attitude (sikap mental), dan mental awareness (kesadaran mental) atau yang kesemuanya ini kita sebut dengan mental IAAA. Pembangunan mental intelektual yang handal, mental juang yang tinggi, sikap mental yang positif, dan kesadaran mental yang luas merupakan fondasi dasar bagi setiap individu untuk mampu bertahan hidup dan berkembang secara benar serta handal dalam menghadapi segala bentuk situasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dalam kehidupan.

Melalui langkah 4G, yaitu Gagas, Galang, Giatkan, dan Gerakkan, setiap individu akan berproses untuk mengembangkan kemampuan dirinya secara seimbang dan menyeluruh menggunakan bekal mental IAAA tersebut sehingga dalam penerapannya mereka mampu lebih berdaya dalam menyadari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam diri maupun di lingkungan setikarnya. Mental IAAA ini merupakan dasar yang mutlak dibutuhkan bagi setiap individu untuk mengembangkan berbagai jenis kompetensi lain sesuai dengan minat dan kebutuhannya dalam hidup.

Dalam skala yang lebih besar, mental IAAA inilah yang dibutuhkan bagi setiap organisasi maupun bangsa dalam membangun kompetensinya yang tertuang dalam bentuk dimensi-dimensi pembangunan dan peningkatan ketahanan nasional. Dalam membangun semua bidang kehidupan secara positif, benar, dan mampu berkelanjutan, mulai dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hingga pertahanan dan keamanan, kesemuanya membutuhkan mental IAAA yang berkualitas. Rapuhnya mental IAAA pada individu sebagai elemen masyarakat, bangsa, dan negara, secara pasti berdampak pada lemahnya bangunan ketahanan nasional di seluruh dimensi kehidupan.

Dalam iklim kehidupan global seperti saat ini, dimana bangsa Indonesia sudah mulai masuk pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan global merupakan hal yang harus dihadapi dengan kompetensi masyarakat. Kompetensi ini sebagaimana dijelaskan di atas merupakan parameter yang mampu membentuk ketahanan suatu negara. Kekalahan dalam persaingan kompetensi menyebabkan ketahanan nasional akan mengalami penurunan karena dalam era ekonomi bebas, dalam kehidupan informasi bebas, dan dalam sistem kehidupan global, segala sesuatu secara default(normal) haruslah berjalan mengikuti mekanisme pasar bebas dengan meminimalkan peran regulasi yang bersifat nasional untuk digantikan dengan regulasi yang bersifat regional dan internasional.

Ini akan menjadi suatu permainan multiplayer, dimana pada konsep nasional, hanya berlaku satu hukum dan satu kewenangan sebagai penentu dan pemegang kedaulatan dari cara permainan berlangsung. Sedangkan pada sistem global, hukum dan kewenangan ditentukan oleh kesepakatan dari para pemegang kedaulatan dimana wilayah negara, kebangsaan, dan norma-norma yang lebih kecil dari lingkup kerjasama yang dijalin tak lagi menjadi batasan bagi para pemain untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Keadaan ini tentu membawa perubahan besar bagi iklim kehidupan masyarakat, baik pada sisi positif maupun sisi negatifnya. Kesiapan dari tiap-tiap bangsa untuk berkompetisi sangat menentukan kesuksesan atau keberhasilannya dalam sistem kehidupan global ini karena pada sistem kehidupan global, masyarakatnya tidak diikat dengan satu ideologi atau falsafah yang mampu menjadikannya satu bangsa yang mempunyai satu tujuan bersama. Sistem kehidupan global hanya mengangkat cara pandang kebebasan tanpa adanya tujuan bersama. Hal ini jelas akan menimbulkan iklim persaingan yang sangat tinggi. Atas dasar pertimbangan inilah, penyiapan kompetensi masyarakat Indonesia perlu benar-benar ditangani secara terpadu.

Beragamnya kompetensi yang dibutuhkan pada setiap bidang kehidupan, tidak memungkinkan bagi setiap lembaga pendidikan untuk menyiapkan kompetensi tersebut secara menyeluruh. Bahkan dengan banyaknya jurusan atau program studi perguruan tinggi maupun kejuruan-kejuruan di sekolah menengah atas pun masih kurang dalam mencukupi kebutuhan kompetensi yang mensyaratkan semakin tinggi. Bahkan sebagian pelaku ekonomi membangun sekolah dan lembaga pelatihannya sendiri untuk mengatasi kesenjangan kompetensi antara yang tersedia dan yang dibutuhkan ini.

Fenomena lain menunjukkan bahwa banyak anggota masyarakat yang gagal dalam memenuhi tuntutan kompetensi untuk berperan dalam skala pekerjaan yang lebih layak. Akibatnya sebagian besar masyarakat Indonesia hanya mampu berperan pada pekerjaan kasar atau pekerjaan yang kurang layak untuk dikerjakan oleh manusia modern. Fenomena ini juga merupakan faktor yang membentuk angka pengangguran di Indonesia dimana kompetensi yang dibutuhkan kurang mampu bertemu dengan kompetensi yang ditawarkan.

Atas dasar pertimbangan mekanisme perkembangan kompetensi yang sangat beragam, terdapat beberapa kompetensi fundamental yang pasti berpengaruh terhadap kompetensi lainnya. Kompetensi tersebut merupakan kompetensi mental yang terperinci dalam mental IAAA. Atas dasar pemikiran inilah, pengembangan mental IAAA perlu digagas, digalang, digiatkan, dan digerakkan untuk penyebarannya di seluruh masyarakat Indonesia karena dengan mental IAAA yang tinggi, berbagai kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan akan lebih mudah untuk dikuasai, dan berbagai permasalahan kehidupan juga akan semakin mampu dihadapi dengan baik oleh setiap individu.

Hal ini menjadikan pentingnya program 4G-LTE untuk segera direalisasikan agar terbangun komunitas dan gerakan massal dalam menerapkan program 4G-LTE di awal tahun 2016 ini ketika bangsa Indonesia mulai menapak memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN serta untuk meningkatkan ketahanan nasional secara umum dalam berbagai bidang kehidupan. Program 4G-LTE merupakan program yang secara nyata menerapkan prinsip bela negara dan membangun kesuksesan secara massal kepada setiap anggota masyarakat Indonesia baik di dalam negeri maupun di mancanegara.

Dengan semangat yang lurus, terampil, dan energik, program 4G-LTE membentuk anggota masyarakat yang siap menjadi garda global bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi berbagai tantangan perkembangan akan globalisasi. Lurus berarti bahwa bangsa Indonesia akan selalu berperilaku selaras dengan kebenaran hakiki dalam berbagai situasi global, terampil berarti bahwa bangsa Indonesia selalu siap bersaing dengan segala bentuk tuntutan kompetensi di era kehidupan global, serta energik berarti bahwa bangsa Indonesia selalu siap berperan aktif dalam pembangunan global.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini