PENULIS: Wildan Nasution/Peneliti masalah Polkam, Tinggal di Batam
TRIBUNNERS - Sasaran teror ISIS dikelompokkan dalam “far enemies” dan “near enemies”.
Far enemies adalah negara-negara musuh yang dianggap sering melecehkan Islam dan menindas negara Islam seperti Belgia, Turki, Perancis, Singapura, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia dll.
Sedangkan near enemies adalah negara-negara musuh ISIS terutama negara Islam yang dinilai mereka tidak menjalankan syariat Islam dan tidak setuju dengan sistem Khalifah Islamiyah antara lain Irak, Suriah, Malaysia, Indonesia, Pakistan dll
Mengacu kepada dua jenis sasaran serangan teror, tidak mengherankan jika sekarang ini ISIS dan jaringan teror lainnya melakukan serangan secara acak. Mereka hanya menunggu negara-negara yang akan diserang lengah atau tidak.
ISIS dan simpatisannya dalam bentuk “lone wolf” sedang mengimplementasikan teori balon akibat terdesaknya ISIS di Suriah membuat kelompok ISIS tercerai berai.
Untuk dapat menjaga moral para simpatisan dan demi kepentingan ideologis (dan ekonomis) tentu perlu menjaga eksistensi kelompok.
Salah satunya adalah melakukan aksi bunuh diri dan tentu saja bukan di Suriah. Teori balon sedang terjadi, ISIS ditekan di Suriah dan dampaknya akan mengembang di tempat lain.
Serangan teror tanggal 14 Juli 2016 di Promenade des Anglais, Nice, Perancis yang dikemudikan warga negara Perancis keturunan Tunisia, menabrak kerumunan orang yang sedang merayakan pesta kembang api.
Kejadian tersebut menelan korban sebanyak 84 orang dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Perancis diserang karena dianggap terlibat dalam perang saudara Suriah dan Irak serta sering melecehkan Islam.
Ada beberapa pesan yang ingin disampaikan ISIS melalui serangan terbarunya di Nice, Perancis antara lain : pertama, ISIS menunjukkan bahwa jaringan mereka diseluruh dunia siap melakukan “counter attack”.
Kedua, anggota dan simpatisan ISIS di belahan dunia ini masih sangat setia untuk menjalankan tugasnya sebagai “pengantin” artinya pola komunikasi ISIS secara internasional masih berjalan lancar.
Ketiga, “lone wolves” yang beraliansi dengan ISIS memiliki militansi yang sangat kuat. Keempat, serangan teror di Nice juga merupakan “pembelajaran secara tidak langsung” kepada seluruh jaringan teror ISIS untuk “kreatif” mencari pola-pola baru serangan teror yang tidak mudah terdeteksi aparat negara.