TRIBUNNERS - Habis gelap terbitlah terang. Peribahasa ini tampaknya cocok untuk menggambarkan sepak terjang Bupati Lahat, Sumatera Selatan, Saifudin Aswari Rivai.
Selama dua periode kepemimpinannya, kepala daerah yang dikenal suka membantu orang susah ini, telah sukses membangun pasokan aliran listrik hingga tingkat desa.
Bahkan Aswari Rivai paham betul potensi daerahnya yang kaya akan batu bara. Namun masyarakatnya belum terpenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Diantaranya kebutuhan energi.
Kekayaan batu bara di daerahnya menginspirasi bupati membangun pembangkit listrik sendiri berbahan bakar batu bara. Kini pembangkit listrik yang dibangun Aswari telah mengaliri pasokan listrik ratusan desa.
Di awal memimpin Kabupaten Lahat, Aswari Rivai mengaku daerahnya dikenal agak rawan akibat tidak adanya lampu penerangan dan rumah warga sering gelap. Saat itu wilayah Lahat yang terdapat 367 desa, baru 40 persen yang teraliri listrik.
"Di awal saya memimpin Kabupaten Lahat, saya tidak mau membangun proyek mercusuar seperti gedung bertingkat, tapi saya lebih mengutamakan kebutuhan dasar masyarakat Lahat yakni adanya aliran listrik yang merata hingga tingkat desa," ujarnya di depan puluhan wartawan dalam acara Bincang Tiga Bupati Penerima Bintang Jasa Utama di Balai Sarwono, Warung Solo, Jalan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Selasa (16/8/2016)
Kerja keras dan perjuangan Aswari meningkatkan APBD dan membangun listrik di desa-desa di wilayah Kabupaten Lahat membuahkan hasil.
Di tahun 2016 ini, menurut Aswari, APBD Lahat sudah mencapai rP 2 triliun dan 99 % wilayah di Lahat sudah teraliri listrik. Padahal saat pertama kali ia menjabat sebagai Bupati, besaran APBD hanya 700 miliar dan mengalami defisit 8 miliar.
Keberhasilan itulah yang mengantar sosok kandidat kuat Gubernur Sumatera Selatan ini menerima penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden, Joko Widodo di Istana Negara, Senin, 15 Agustus 2016.
Penghargaan itu diberikan atas prestasinya di bidang sosial kemanusiaan serta program listrik masuk desa. Penilaian prestasi itu dilakukan Kementerian Sosial dengan cara melakukan penilaian langsung di tengah masyarakat.
Dengan program listrik masuk desa, saat ini wilayah Lahat bebas dari gelap di malam hari alias 99 persen memperoleh pasokan listrik.
Kerja keras Aswari memang patut mendapat penghargaan, di saat wilayah Sumatera listriknya mengalami turun tegangan atau byar pet, Lahat mampu mandiri dalam energi listrik.
Ini dilakukan dengan mengoptimalkan Batubara bukan hanya komoditas saja, tetapi diolah menjadi energi listrik untuk memenuhi kebutuhan Lahat.
Aswari pun menyakinkan pengusaha batubara dan PLN untuk mengolah batubara menjadi energi listrik. “Hasilnya tahun 2015, Kabupaten Lahat sudah mampu membangun dua power 165 watt,” terangnya.
Aswari mengaku dirinya tidak menyangka bakal menerima penghargaan dari presiden atas pekerjaan yang dilakukan untuk melayani masyarakat Lahat. Dia hanya membangun apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat.
"Penghargaan ini menjadi motivasi kami untuk terus bekerja keras dan berkarya demi masyarakat Lahat,” terangnya, di Jakarta, 16 Agustus 2016.
Meski dalam penilaian untuk penghargaan ini Asmari tidak dilibatkan, tim juri dari Kementerian Sosial langsung melakukan penilaian atas apa yang dilakukan di tengah masyarakat.
Penilaian yang menghantarkan pada penghargaan ini, menurutnya merupakan hasil penilaian masyarakat atas prestasi Aswari dalam membangun Lahat dilaporkan baik ke pemerintah pusat.
“Penilaian itu yang menghantarkan pada perolehan penghargaan,” terangnya.
Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur jalan pun juga di geber guna mengoptimalkan aktivitas masyarakat Lahat bisa berkarya yang optimal membangun ekonominya.
Sjaifudin Aswari Riva’i termasuk salah satu dari 9 orang penerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama, berdasarkan hasil sidang Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan RI pada tanggal 25 Juli 2016 dan Petunjuk Presiden pada tanggal 10 Agustus 2016.
Selain Aswari yang memperoleh penghargaan Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo Andi Eka Sakya.
Sedangkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana kepada Jenderal Pol Badrodin Haiti. Untuk Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma diberikan kepada Mangkunegara VII (Alm Raden Mas Soerjo Soeparto), Taufik Ismail, Martha Tilaar, dan Achafiati Ikran.
Pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, ekonomi,, ilmu pengetahuan, teknologi, dan darma bhakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 65/TK/Tahun 2016, tanggal 10 Agustus 2016 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Jasa Utama yang diberikan kepada empat orang, dan penghargaan lain kepada tokoh berbagai bidang sehingga sebanyak 9 tokoh mendapatkan penghargaan dari Presiden RI.