Seperti kasus-kasus pembajakan, perubahan pola gerak radikalisme dan terorisme, narkoba dan human trafficking, serta beberapa kasus perbatasan.
Muaranya jelas, ancaman terhadap kepentingan nasional. Sementara proyek perebutan berlimpahnya kekayaan SDA Indonesia oleh negara-negara maju dunia masih terus berjalan.
Indonesia sendiri sangat potensial hanya dijadikan pasar terbesar di kawasan ASEAN.
Mengingat luasnya cakupan dan semakin seriusnya pergeseran lingkungan strategis tersebut maka tugas dan fungsi Badan Intelejen Negara semakin berat.
Sementara operasionalisasi dari visi Nawacita juga membutuhkan kerja-kerja ekstra dan luar biasa.
Maka Presiden Jokowi mutlak membutuhkan pembantu seorang Kepala BIN yang jelas-jelas berpengalaman di bidangnya serta hanya mempunyai single client.
Tidak bisa ditawar-tawar! Dengan dasar semangat revolusi mental Presiden selayaknya bisa mempertimbangkan secara matang sosok pembantu strategisnya itu demi kepentingan bangsa dan negara.
Jabatan Kepala BIN merupakan jabatan yang sangat strategis, bukan sekedar bagi-bagi jabatan untuk yang tidak berpengalaman.
Apalagi yang jelas-jelas terafiliasi dengan partai politik tertentu, atau terbukti selama ini kurang efektif dan bisa jadi menyimpang dari tupoksinya.
Penulis: Iwan Adi Kusuma/Koordinator Forum Komunikasi
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia