Oleh: KH Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat
Sejak tahun 1912, Austria adalah negara Eropa pertama yang mengakui agama Islam. Di negara ini Islam agama ketiga terbesar dengan presentase 4,2 persen setelah Katolik dan Protestan.
Pada 2012, Austria memperingati satu abad pengakuan tersebut. Baik itu lewat lembaga resmi Islamische Glaubensgemeinschaft in Österreich (Komunitas Islam resmi di Austria) maupun Muslimische Jugend Österreich (Perkumpulan Anak-anak Muda Muslim di Austria).
Geliat dan semangat menjalankan ajaran Islam cukup tinggi. Terlihat dari kegiatan keagamaan dan berdirinya masjid-masjid untuk tempat ibadah warga Muslim dari beragam etnis.
Di ibu kota Austria, Wina, terdapat sekitar sembilan masjid. Di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ada masjin besar meski namanya tidak menggunakan kata masjid, tapi fungsinya full masjid.
Warga Indonesia punya masjid, bentuknya seperti apartemen, tak ada kubah dan menaranya tetapi fungsi sepenuhnya seperti Masjid. WNI di Wina sedang berusaha membeli tanah yang akan dibangun Masjid Indonesia.
KH Cholil Nafis dan istri di depan Islamic Center di Wina, Austria. DOKUMENTASI KH CHOLIL NAFIS
Masjid dan pusat kajian Islam terbesar di Wina adalah Islamic Center yang bangunan sepenuhnya berbentuk masjid, memiliki halaman luas dan digunakan untuk salat Jumat. Banyak warga Muslim di Wina, termasuk WNI, menjalankan salat Jumat di masjid yang memiliki menara setinggi 32 meter, kubah 16 meter. Arsiteknya Ing R. Lugn.
Masjid Islamic Center Wina dibangun selama kurun waktu dari 1975 hingga 1979 dengan dana sumbangan Raja Saudi Arabia Faisal Bin Abdul Aziz. Sebagaimana ditulis pada prasasti pembangunannya disebutkan, "Vienna Islamic Centre. Pembangunan atas inisiatif beberapa kedutaan besar negara-negara Islam, terutama Yang Mulia Raja Feisal bin Abdul Aziz dari Saudi Arabia. Peletakan Batu Pertama pada 28 Februari 1968. Diresmikan pada 20 November 1979 bertepatan 1 Muharram 1400 Hijriah oleh Presiden Austria, DR. R Kirschschlager.
KH Cholil Nafis berdiri di atas prasasti pembangunan Masjid Islamic Center Wina di Austria. DOKUMENTASI KH CHOLIL NAFIS
Masjid inilah yang telah beberapa puluh tahun menjadi pusat studi, kajian, serta perkembangan Islam di Austria. Hal menarik di negara sosialis Eropa Barat ini kebebasan beragama cukup terjamin.
Persoalan keagamaan mendapat perhatian serius. Sebagai contoh pelajaran keagamaan diajarkan di sekolah pemerintah, termasuk pelajaran agama Islam yang diajarkan oleh guru yang harus mendapat pelatihan dari negara Austria. Murid-murid boleh libur pada hari besar keagamaanya.
Sebagian masyarakat di Austria masih trauma dan fobia dengan Islam sehingga ketika disebut nama Islam sering kali menaruh kecurigaan. Tak dipungkiri undang-undang Austria mengakui Islam sebagai agama resmi dan pertumbuhan umat Islam cukup pesat. Maka pemerintah Austria akan memfasilitasi pengajaran dan dakwah Islam tetapi yang mengakomodasi terhadap kepentingan negara dan kedamaian masyarakat.
KH Cholil Nafis di depan pintu masuk Islamic Center Wina di Austria.
Austria sedang melirik pola Islam ala Indonesia. Indonesia berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang mengakomodasi budaya lokal sehingga Islam berakulturasi dengan masyarakat dan damai.
Sekilas berbincang dengan perwakilan Indonesia di Austria, saat ini sedang terjadi proses komunikasi untuk mentransfer pengetahuan Islam Wasathiyah ke Austria. Mereka sedang merundingkan metode kerja samanya. Caranya, apakah guru agama Islam didatangkan dari Indonesia atau para guru agama Islam di Austria belajar ke Indonesia.
Kondisi ini menjadi peluang dakwah dan penyebaran Islam Wasathiyah yang ramah dan damai ke bumi Eropa. Masyarak Eropa telah melihat wajah Islam di Indonesia yang sangat toleran dan penuh penghormatan terhadap budaya lokal, sehingga Islam menjadi perekat bangsa bukan ancaman bagi negara.