News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilgub DKI Jakarta

Megawati, Kingmaker Pilkada DKI 2017

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Pasangan Cagub Cawagub DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (tengah), Djarot Saiful Hidayat (kiri) usai memberikan keterangan kepada wartawan terkait hasil hitung cepat Pilkada DKI Jakarta di Kediaman Megawati Soekarnoputri, Kebagusan, Jakarta, Rabu (15/2/2017). Megawati Soekarnoputri menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya untuk warga Jakarta yang telah memilih Pasangan Ahok-Djarot dan meminta para pendukung untuk tetap solid bila pilkada dilanjutkan ke putaran kedua. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNERS - Mungkin ada pihak menilai Megawati, Kingmaker Pilkada DKI 2017 melebihi dosis.

Wajar. Lagipula narasi ini dibangun bukan untuk puja puji Ketua Umum PDIP, tapi mengurai fakta peran sentral Megawati dalam pilkada DKI 2017.

Walau sempat mendapat perlawanan struktural dan potensi pengembosan kader, penetapan langsung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat sebagai Calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI, yang didukung Nasdem, Hanura, PKPI dan Golkar, sekali lagi membuktikan ketajaman visi dan kekuatan instiusi politik Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Apa yang akan terjadi seandainya Megawati mendengar bisik-bisik tetangga untuk membelah pasangan Ahok-Djarot, atau bahkan membuang Ahok?

Megawati memilih calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI tidak untuk masuk kotak, atau menjadi penggembira dan penari latar pesta demokrasi rakyat Jakarta.

Tanpa Ahok, pilkada DKI Jakarta terasa hambar, seperti sayur asam tanpa garam. Tanpa dukungan politik Megawati, Ahok pun bisa menjadi catatan sejarah.

Bahasa kerja Ahok-Djarot yang lugas (beda dengan bahasa dewa) terlihat nyata, dan enak dinikmati.

Karya nyata Ahok-Djarot membongkar dan menata Ibukota Republik Indonesia ini memang meninggalkan duka bagi rakyat korban relokasi.

Namun tetap membiarkan wajah kusam Jakarta seperti kisah puluhan truk mengangkut kabel bekas yang tertanam lama di kedalaman saluran air di ring 1, siklus banjir besar, bancakan anggaran jelas bukan pilihan kebijakan kepemimpinan Ahok-Djarot.

Singkatnya, melihat komitmen dan karakter bekerja, berkarya dan mengabdi pada kepentingan sebesar-besarnya sosial ekonomi rakyat Jakarta mungkin menjadi penuntun keputusan Ketua Umum PDIP diatas.

Kita saksikan berbagai upaya sistemik pembunuhan karakter Ahok, mulai mulut toilet, tidak santun, sumber waras termasuk dugaan penistaan agama dan ulama yang saat narasi ini dibuat sudah memasuki masa sidang ke 10.

Rakyat Jakarta cerdas dan tidak terpengaruh oleh permainan simbol. Hingga akhirnya muncul dugaan bahwa musuh Ahok-Djarot sebenarnya adalah kelompok intoleran dan koruptor/pemain anggaran.

Sekali lagi, ketajaman visi Megawati yang dikawal dengan bahasa kerja dan kinerja Ahok-Djarot terbukti dengan pilihan cerdas rakyat Jakarta (15/2). Ahok-Djarot adalah pemenang putaran pertama pilkada DKI.

Bagaimana peta pertarungan di putaran kedua nanti? Kami percaya, Megawati akan kembali memainkan orkestra politik bersatu bersama Sang Orator, Surya Paloh (Nasdem), Guru Besar Intelijen, Hendropriyono (PKPI), Sang Flamboyan, Oesman Sapta (Hanura) dan Setya Novanto (Golkar).

Kami juga berkeyakinan akhirnya PAN, PKB dan PPP (kubu Romi) akan balik kandang mendukung Ahok-Djarot.

Salam Bhinneka Tunggal Ika, Juliaman Saragih

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini