Oleh: Alex Palit
Damai, damai, damailah saudaraku, kebencian sudah tak berlaku, begitu seruan pesan dari cuplikan lirik lagu “Damai” yang dikumandangkan oleh grup rock legendaris God Bless.
Di sini saya hanya ingin mengapresiasi lagu ciptaan Ian Antono yang yang liriknya ditulis oleh novelis Teguh “Ali Topan” Esha, dari album terbaru God Bless bertajuk “Cermin 7” yang dirilis akhir tahun lalu.
Ternyata pesan yang dikumandangkan di lagu tersebut begitu kontekstual dengan kondisi yang kita rasakan saat ini.
Di mana menyeruaknya ujaran kebencian, saling tuding, saling maki dan saling hujat, telah membuat retakan-retakan pada sendi-sendi bangunan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara terbelah olehnya, terbelah oleh selera pilihan ideologi politik pragmatis.
Celakanya lagi manakala tebaran virus kebencian ini kemudian dibungkus dan dililiti oleh sensitivitas tafsir pembenaran-pembenaran pragmatis atas nama sentimen primodialisme keagamaan demi hasrat kekuasaan atau kepentingan politik.
Tafsir ini kemudian ditanamkan menjadi dan dijadikan instrumentasi pembenaran untuk melakukan penghalalan tindakan-tindakan agresif provokatif ujaran kebencian terhadap mereka yang dianggapnya berbeda paham, beda keyakinan, beda pandangan, atau beda pendapat.
Termasuk pelancaran tindakan-tindakan agresif provokatif ujaran kebencian terhadap mereka yang dianggap beda selera pilihan dengan dirinya.
Lewat pesan “Damai”, grup band rock sudah 44 tahun malang-melintang di jagad musik Indonesia ini menyerukan kepada kita semua akan makna indahnya kedamaian, bahwa damai itu indah.
Kebencian sudah tidak berlaku, untuk itu tinggalkan. Karena kebencian itu akan memercikkan benih-benih perseteruan tak berujung pangkal, malah hanya akan melahirkan belahan retakan-retakan sendi-sendi bangunan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dan apa yang tersirat dari lagu “Damai” ini sebagai bentuk keprihatinan seniman musik grup band rock legendaris God Bless yang terdiri Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor) dan Fajar Satritama (dram), atas situasi kondisi sosial politik yang kita rasakan bersama saat ini.
Lewat kumandang pesan nyanyian lagu “Damai”, God Bless mengajak kita semua sebagai anak bangsa untuk saling berdamai kembali penuh kasih sayang, bahwa damai itu indah.
Tinggalkan kebencian, mari berdamailah saudaraku. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi) dan Pemimpin Redaksi Bambuunik.com