Bahkan, peralatan kesehatan di tanah air, termasuk jarum suntik, hingga kini masih mengandalkan impor.
Yang cukup menghebohkan adalah kabar tentang impor 5000 senjata api yang diungkap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Isu impor senjata api termasuk senjata serbu hingga pistol ini membuat Presiden Joko Widodo dan para menterinya sibuk membuat bantahan.
Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) lebih pontang-panting lantaran belakangan ditemukan senjata impor untuk institusi di luar TNI ini.
Isu soal senjata api impor pun menjadi makanan empuk lawan-lawan politik Jokowi. Terlebih dikait-kaitkan dengan rumor Jenderal Gatot Nurmantyo yang pensiun Maret 2018 nanti hendak dipercepat pergantiannya.
Isu semakin panas dengan langkah Jenderal Gatot Nurmanto yang memerintahkan anak buahnya menonton film G30S PKI.
Kembali tentang barang impor, setidaknya ada barang yang kini menjadi lirikan masyarakat.
Coba saja lihat di jalanan yang mengarah ke pintu tol di Ibukota DKI Jakarta atau Kota Bandung dan sekitarnya. Belakangan mulai muncul tongsis e-toll atau di Tongtoll.
Barang mirip alat pemukul lalat dan nyamuk ini menjadi ramai dijajakan, seiring langkah pemerintah yang Oktober ini hendak menghapus pembayaran tunai bagi kendaraan yang masuk ke jalan tol.
Tongtoll ini digunakan untuk menempelkan kartu e-toll, mengingat terkadang jarak antara pengemudi dengan mesin pembaca e-toll terkadang lumayan jauh.
Barang ini dibandrol Rp 40 ribu. Kalau dulunya tongsis laris manis, kini Tongtol juga lagi jadi idola. Bersyukur, tongtoll ternyata sebagian besar diproduksi di dalam negeri yakni di Bandung.
Kreasi dan kreatifitas putra-putri bangsa kini sangat diharapkan. Jangan sampai seluruh barang kebutuhan masyarakat dipenuhi barang impor.
Syukur-syukur , karya anak bangsa bisa menjadi idola di luar negeri. Era perdagangan bebas kini membuat siapa yang bisa memproduksi barang terbaik dan harga lebih kompetitif akan menjadi pemenang. (Yulis Sulistyawan)