TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Minggu (06/05/2018) Forum Dilan (Diskusi Publik Anak NTT) bersama puluhan mahasiswa dan pemuda asal NTT di Yogyakarta menggelar aksi bertajuk Festival Duka Lara untuk menyikapi berbagai tragedi kemanusiaan yang terjadi di NTT.
Aksi yang bertema "Balada Duka di Nusa Trafficking Tinggi" ini secara khusus menyikapi persoalan perdagangan manusia (human trafficking) di NTT dan penembakan terhadap Poro Duka, Warga Sumba.
Aksi yaang berlangsung pukul 18.30 - 21.30 WIB ini diawali dengan longmarch dari Pasar Bringharjo Yogyakarta. Sambil menggotong peti jenazah dan menyanyikan lagu Bolelebo, massa aksi bergerak menuju Nol KM Yogyakarta.
"Peti jenazah yang kami gotong ini sebagai simbol berkabungnya kami atas banyaknya TKI asal NTT yang dipulangkan dalam keadaan tak bernyawa, yakni sebanyak 126 orang sepanjang tahun 2016 – Maret 2018. Peti ini juga melambangkan matinya nurani pemerintah atas kasus human trafficking di NTT," ungkap Bosco Mawar selaku agitator aksi ini.
Setibanya di Nol KM, massa aksi secara bergantian menyampaikan keresahan mereka atas tragedi kemanusiaan yang terjadi melalui syair lagu, puisi, dan orasi.
Tidak hanya kelompok pemuda & mahasiswa, pemerhati masalah human trafficking, seperti kaum biarawati dari kongregasi SSpS juga turut hadir dan membawakan puisi dan lagu bertemakan duka dalam aksi ini.
Hampir setiap penampilan, massa aksi tersebut di atas selalu memplesetkan NTT menjadi Nusa Trafficking Tinggi. Hal ini tentu tidak terlepas dari faka di lapangan, bahwa hampir 3 juta jiwa TKI asal NTT di Malaysia tidak memiliki dokumen resmi atau undocumented alias illegal sebagaimana laporan dari BNP TKI.
Tak ketinggalan, Tim Motorik Forum Dilan (Diskusi Publik Anak NTT) Yogyakarta yang juga menampilakan beberapa item acara, termasuk teatrikal yang mengisahkan terkait human trafficking, mulai dari perekrutan calon korban hingga bagaimana korban dipekerjakan secara tidak manusiawi dan sikap pemerintah yang cenderung cuci tangan atas persoalan human trafficking ini.
Aksi ini diakhiri dengan penaburan bunga pada peti jenazah oleh perwakilan dari semua wilayah di NTT serta pembacaan sikap oleh koordinator umum (kordum) aksi yang juga merupakan Ketua Tim Motorik Dilan, yakni Grace Gracella. Adapun beberapa sikap dari Forum Dilan dan simpatisan dalam forum ini, yakni menuntut pemerintah untuk serius menangani masalah human trafficking & menuntut pemerintah dan pihak yang berwajib untuk mengusut tuntas kasus penembakan Poro Duka.
Walau aksi ini berlangsung malam hari, namun tidak ada halangan dan tantangan yang berarti.
"Alhamdulilah, aksi malam ini lancar. Terkait keamanan, kita juga sudah membangun koordinasi dengan pihak kepolisian," ungkap Midhy Maloko, selaku Koordinator Lapangan (korlap) aksi ini.
Maria Oktaviani Budjen salah satu tim motorik Dilan mengaku senang karena aksi pada malam hari ini berjalan lancar. Dan dirinya berharap agar mahasiswa, pemuda, dan masyarakat NTT terutama yang berdomisili di DIY untuk tetap mengawal proses ini dengan baik. Dia juga menerangkan, bahwa sebelum aksi ini, telah dilakukann kajian beberapa kali diksusi bersama yang juga melibatkan para akademisi asal NTT di Yogyakarta. Dan ke depan bersama tim motorik Dilan, mereka akan terus melanjutkan lagi diskusi terkait permasalah di NTT terutama human trafficking.